Djawanews.com – Politikus PDIP Budiman Sudjatmiko mengaku akan berkabung jika dirinya resmi dipecat dari PDIP usai mendukung Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sebagai capres di Pilpres 2024. Budiman mengatakan akan berhenti sejenak dari kegiatan politik.
"Saya mungkin akan mempertimbangkan jomblo dulu. Ya ibaratnya orang baru kehilangan pasangan hidup, harus melewati masa berkabung yang lama. Pasti kan berkabung, dong," kata Budiman usai menghadiri Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) PSI di Tennis Indoor Senayan, Selasa, 22 Agustus malam.
Budiman mengaku dirinya telah lekat dengan PDIP sejak muda, ketika partai tersebut masih bernama PDI. Lalu, jika Budiman telah didepak dari partai dan lepas dari dunia politik sejenak, ia akan kembali memikirkan tujuan politik berikutnya.
"Tentu saja saya ya berpolitik, pasti. Tapi mungkin jomblo dulu gitu, tidak berumah tangga dulu secara politik," ucap Budiman.
"Nanti setelah itu kita lihat, apakah barangkali setelah beberapa tahun kesalahan saya diampuni saya bisa daftar lagi (ke PDIP). Kalau enggak diterima, ya bisa jadi bisa masuk PSI mungkin salah satunya," tambahnya.
Sebelumnya, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto memastikan partainya akan memberikan sanksi disiplin tegas kepada kadernya, Budiman Sudjatmiko buntut deklarasi mendukung Prabowo Subianto sebagai capres 2024.
Hasto mengatakan sanksi berupa pengunduran diri atau pemecatan akan diumumkan Ketua DPP Bidang Kehormatan PDIP Komarudin Watubun.
"Nanti, Pak Komarudin akan mengumumkan, yang jelas partai tidak mentolerir terhadap tindakan indisipliner setiap kader partai. Partai akan mengambil suatu tindakan yang tegas, opsinya mengundurkan diri atau menerima sanksi pemecatan," ujar Hasto dalam keterangannya, Minggu, 20 Agustus.
Namun, pada Senin, 21 Agustus lalu, PDIP batal mengumumkan pemecatan Budiman dari kadernya. Kepala Sekretariat DPP PDI Perjuangan, Adi Dharmo, mengatakan partainya tengah sibuk mengurusi kenaikan elektoral capres Ganjar Pranowo dalam survei.
"Hari ini PDI Perjuangan sedang fokus membahas hasil survei Indikator dan Kompas yang menunjukkan kenaikan elektoral Ganjar Pranowo dan terjadi rebound," ujar Adi kepada wartawan, Senin, 21 Agustus.
"Berbeda dengan trend elektoral Prabowo yang sudah mentok dan menunjukkan tren penurunan," sambungnya.
Menurut Adi, hal ini lebih penting ketimbang mengurusi masalah Budiman. "Itu lebih penting sebagai momentum politik bagi pergerakan yang semakin masif untuk Ganjar Pranowo bersama parpol pengusung dan relawan," pungkasnya.