Djawanews.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebut kekeringan di DIY berstatus siaga.
Hal ini didasarkan pengamatan hari tanpa hujan di Provinsi DIY hingga sepuluh hari pertama pada bulan Juli.
Pada DIY bagian tengah dan selatan menunjukkan 20-30 hari berturut-turut tidak ada hujan sama sekali yang terjadi.
“Ini mengindikasikan bahwa kondisi atmosfer saat ini cukup kering, sehingga peluang terjadinya hujan untuk saat ini sangat rendah,” kata Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Yogyakarta, Etik Setyaningrum, Kamis (16/7/2020), melansir KR Jogja.
Adapun curah hujan yang terjadi pada dasarian pertama bulan Juli ini masuk kategori rendah, yakni sebesar 0-10 mm/dasarian.
“Dengan melihat kondisi saat ini hingga satu bulan mendatang, maka potensi kekeringan dari sudut meteorologi masuk kategori siaga,” terang Etik.
Etik menjabarkan, hal lain yang perlu diketahui masyarakat yakni puncak musim kemarau yang diprediksi akan terjadi pada bulan Agustus.
Dengan demikian, maka potensi munculnya hujan akan sangat kecil. Istilah dalam iklim disebut sebagai potensi kekeringan meteorologis atau berkurangnya curah hujan dari keadaan normalnya dalam jangka waktu yang panjang ditentukan bulanan, dua bulanan, dan seterusnya bisa berpeluang terjadi.
Oleh karenanya, Etik mengimbau kepada masyarakat untuk mempersiapkan diri guna menghadapi puncak musim kemarau.
Khususnya bagi para petani, Etik menyarankan agar menyesuaikan pola dan jenis tanam. Terlebih jika di wilayahnya sumber air berasal dari tadah hujan.
“Dan masyarakat agar mulai berhemat air, selalu menjaga kesehatan,” pungkas Etik.