Djawanews.com – Pemerintah provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berencana memasang kamera pengawas atau CCTV dengan teknologi pengenalan wajah atau face recognition. Diharapkan dengan halte Transjakarta. Diharapkan CCTV ini bisa membidik para pelaku pelecehan seksual masuk ke dalam angkutan Transjakarta.
Hal itu diputuskan Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono usai melakukan pembahasan kasus pelecehan seksual di dalam bus yang terulang beberapa waktu lalu.
"Kemarin waktu saya ke Transjakarta, ada rencana pakai CCTV yang ada ininya (face recognition)," kata Heru kepada wartawan, Jumat, 3 Maret.
Kamera pengenalan wajah ini, ketika beroperasi, akan mendeteksi wajah para pelaku pelecehan yang sebelumnya sudah tercatat melakukan aksinya.
Ketika yang bersangkutan hendak menuju ke dalam halte maupun bus Transjakarta dan tertangkap kamera CCTV, akses masuknya akan diblokir. Pelaku tersebut tak bisa menaiki bus Transjakarta untuk seterusnya.
Namun, Heru belum bisa memastikan kapan sistem ini akan diberlakukan. "Untuk waktunya segera. Nanti saya panggi Transjakarta dan Dinas Perhubungan," ungkap Heru.
Baru-baru ini, kembali terjadi dua kasus pelecehan seksual di dalam armada Transjakarta. seorang wanita berinisial H mengaku dirinya menjadi korban pelecehan seksual di bus Transjakarta dengan rute Monas-Pulogadung pada Senin, 20 Februari 2023. Peristiwa ini terjadi ketika bus dalam keadaan padat seusai jam kerja.
Merasa adanya kontak pelecehan tersebut, H langsung meminta bantuan penumpang lain untuk memastikan apa yang dilakukan pelaku kepadanya. Penumpang lain tersebut langsung menarik H pergi ke area aman dan menjauhi pelaku. Kemudian, H terus memantau pergerakan pelaku sampai turun dari bus.
Saat pelaku turun di Halte Rawa Selatan, korban beserta petugas Transjakarta mengejarnya. Terduga pelaku pelecehan seksual ini berhasil kabur dengan melompat ke jalur busway. Pelaku telah ditangkap dan ditahan oleh pihak kepolisian. Pelaku meruapakan petugas harian lepas (PHL) Pos Polisi (Pospol) Tambora.
Aksi pelecehan seksual terhadap penumpang perempuan bus Transjakarta kembali terjadi di dalam rangkaian armada bus non-BRT rute Kampung Melayu-Tanah Abang via Cikini, Sabtu 25 Februari. Korban diketahui masih di bawah umur. Kini, pelaku telah digiring ke Polres Metro Jakarta Pusat.
Berangkat dari kasus itu, Transjakarta kini menempatkan aparat TNI untuk berjaga di dalam bus Transjakarta untuk dan mengawasi tindakakn kriminal. Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan Transjakarta Apriastini Bakti Bugiansri, hal ini merupakan upaya Transjakarta dalam meminimalisasi kasus-kasus pelecehan terulang kembali.
"Petugas pramusapa dan petugas keamanan yang berseragam di bus Transjakarta yang selama ini berjaga di halte-halte, saat ini kita alihkan untuk berjaga di dalam bus-bus layanan Transjakarta untuk mencegah tindak pidana kriminal, khususnya kasus sex predator," kata Apri.
Penempatan aparat TNI dalam bus Transjakarta dilakukan secara mobile atau bergantian dari satu bus ke bus yang lainnya. Selain penempatan petugas keamanan, Transjakarta juga telah berupaya memperluas operasi armada bus pink yang dikhususkan untuk perempuan.
“Kami harap aksi predator seksual dapat diredam dengan upaya-upaya yang kami lakukan. Kami juga menghimbau kepada para pelanggan wanita tidak perlu khawatir memanfaatkan layanan Transjakarta,” ujar Apri.