Djawanews.com – Bank Indonesia (BI) menyiapkan uang layak edar (ULE) sebesar Rp197,6 triliun untuk memenuhi kebutuhan uang tunai masyarakat selama bulan Ramadan dan Idulfitri tahun ini. Jumlah ini meningkat 4,65 persen dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya yang mencapai Rp188,8 triliun.
Deputi Gubernur BI, Doni P. Joewono mengatakan peningkatan jumlah ketersediaan ULE ini mempertimbangkan mobilitas masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.
"Antisipasi kenaikan jumlah ULE yang disiapkan mempertimbangkan peningkatan mobilitas masyarakat selama periode Ramadan dan Idulfitri (RAFI) dan pertumbuhan ekonomi yang meningkat," jelasnya dalam keterangannya, Jumat 15 Maret 2024.
Doni menyampaikan untuk mendukung layanan penukaran uang Rupiah bagi masyarakat, BI bekerja sama dengan perbankan menyediakan titik-titik layanan penukaran uang Rupiah di seluruh wilayah Indonesia serta mengajak masyarakat mengoptimalkan pembayaran transaksi non tunai guna mendukung ekonomi dan keuangan digital.
Doni menyampaikan, BI senantiasa berupaya untuk meningkatkan kualitas program Semarak Rupiah Ramadan dan Berkah Idulfitri (SERAMBI) setiap tahunnya.
Adapun, pada tahun ini penguatan program diantaranya penambahan jumlah paket penukaran menjadi maksimal Rp4 juta, modernisasi armada kas keliling, penambahan fitur pada digitalisasi penukaran melalui QR code pada Aplikasi PINTAR untuk semakin mempermudah masyarakat dalam melakukan penukaran.
Lebih lanjut, Doni menyampaikan ke depan tema besar pengelolaan uang rupiah adalah perluasan, pengembangan, serta peningkatan kerja sama antara BI, Bank, PJPUR (Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah), maupun pihak ketiga lainnya guna memastikan ketersediaan uang Rupiah di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kebutuhan uang tunai sebesar Rp197,6 triliun terdiri dari kebutuhan uang kartal jenis Uang Pecahan Besar (UPB) sebesar Rp172,8 triliun dan Uang Pecahan Kecil (UPK) sebesar Rp24,6 triliun.
Sementara, diperkirakan outflow periode Ramadan dan Idulfitri tahun 2024 tertinggi di wilayah Jawa sebesar Rp119,9 triliun dengan porsi 60,7 persen dan outflow terendah sebesar Rp7,7 triliun di wilayah Bali Nusra dengan porsi 3,9 persen.