Djawanews.com – Selama tiga bulan sejak pemerintah meyatakan tanggap darurat Covid-19, seluruh murid sekolah di Indonesia melakukan pembelajaran via daring. Bagaimana pengaruhnya dalam kualitas kurikulum?
Beban kurikulum yang tidak disesuaikan dengan metode pembelajaran, ternyata membuat jenuh para siswa, tidak jarang mereka menjadi stres karena banyaknya tugas yang harus dikerjakan.
Berkaitan dengan hal tersebut, pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal, menyatakan jika orientasi pembelajaran masih fokus pada ketuntasan materi.
Fokus pembelajaran yang demikian, kemudian membuat pembelajaran jarak jauh via daring hanya didominasi dengan pemberian tugas kepada siswa.
“Siswa tidak bertemu dengan temannya itu sudah stres. Apalagi setiap hari diberikan tugas,” terang Rizal.
Rizal menuturkan jika menumbuhkan empati pada siswa adalah hal penting yang harus dibangun selama pembelajaran di tengah pandemi.
Pembelajaran di new normal, menurut Rizal juga harus dilakukan secara blended learning yaitu kombinasi dari daring dan tatap muka. Namun pembelajaran tatap muka hanya diberlakukan di zona hijau Covid-19.