Djawanews.com – Masyarakat di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merasakan hawa dingin akhir-akhir ini. Udara Jogja yang dingin ternyata hanya terjadi di malam hari, sedangkan di siang hari terasa sangat panas. Apa penyebabnya?
Kepala Stasiun Klimatologi BMKG DIY Reni Kraningtyas memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Ia menjelaskan bahwa suhu udara yang saat ini melanda di Kota Gudeg itu wajar terjadi lantaran memasuki musim kemarau.
Suhu dingin sendiri disebabkan karena angin Timur sedang bertiup menuju wilayah DIY. Angin yang biasa disebut dengan Monsul Australis ini sifatnya kering.
“Karena pada saat musim kemarau, angin timuran [Monsun Australia] sedang bertiup menuju wilayah Indonesia, tak terkecuali di wilayah DIY, angin timuran ini sifatnya kering dan tidak banyak membawa massa uap air,” kata Reni yang dikutip Djawanews dari Harianjogja, Senin (27/7/2020).
Ia menambahkan, sifat angin yang kering ini mencegah pembentukan awan hujan di atmosfer sekitar wilayah DIY. Sehingga berpengaruh pada suhu udara di bumi.
“Sehingga sulit untuk terbentuknya awan-awan hujan, dengan minimnya jumlah awan di atmosfer, maka akan mempengaruhi suhu udara di bumi, keberadaan awan-awan di atmosfer tersebut berfungsi menjaga kelembaban bumi dengan menghambat pelepasan panas ke atmosfer,” jelasnya lagi.
Ia menilai, adanya hambatan terhadap pelepasan panas ke atmosfer bumi menjadikan suhu permukaan bumi jadi lebih dingin dibanding musim hujan. Sehingga wajar jika udara Jogja di pagi hari kadang menyentuh angka 18 hingga 19 °C.