Djawanews.com – Dua ormas keagamaan terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, menyatakan mundur dari dari Program Organisasi Penggerak (POP). Program yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim yang beranggaran Rp567 miliar per tahun ini dianggap bermasalah.
Ketua Lembaga Pendidikan Maarif NU, Arifin Junaidi, berpendapat bahwa program tersebut janggal sejak awal lantaran pihaknya dimintai proposal dua haru sebelum penutupan POP.
“Kami nyatakan tidak bisa bikin proposal dengan berbagai macam syarat dalam waktu singkat, tapi kami diminta ajukan saja syarat-sayarat menyusul. Tanggal 5 Maret lewat website mereka, dinyatakan proposal kami ditolak,” jelas Arifin kepada wartawan, Rabu 22 Juli 2020 lalu.
Alasan yang serupa juga dikemukakan oleh pihak Muhammadiyah. Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Kasiyarno, mengatakan bahwa kriteria lolosnya proposal organisasi sangat tidak jelas. Muhammadiyah juga menyayangkan ada dua perusahaan besar yang justru mendapat bantuan dana dari program tersebut.
“Kriteria pemilihan organisasi masyarakat yang ditetapkan lolos evaluasi proposal sangat tidak jelas, karena tidak membedakan antara lembaga CSR yang sepatutnya membantu dana pendidikan dengan organisasi masyarakat yang berhak mendapatkan bantuan dari pemerintah,” kata Kasiyarno di Jakarta.
Sedangkan dua yayasan yang dinaungi perusahaan besar tersebut adalah Tanoto Foundation dan Sampoerna Foundation. Keduanya mendapat bantuan anggaran POP sebanyak Rp20 miliar per tahun dari pemerintah. Padahal, baik NU maupun Muhammadiyah, telah sejak lama berperan aktif dalam kemerdekaan Indonesia, terutama di bidang pendidikan.
Hal ini disayangkan oleh sejumlah pihak, termasuk tokoh NU, A. Muhaimin Iskandar atau biasa disapa dengan Cak Imin. Lewat cuitan di akun Twitter pribadinya, tokoh NU sekaligus Ketua Umum DPP PKB itu menilai bahwa NU dan Muhammadiyah memiliki sejarah pengabdian di bidang pendidikan di Indonesia. Ia juga meminta kepada Mendikbud Nadiem Makarim untuk belajar sejarah pengabdian kedua ormas di bidang pendidikan.