Djawanews.com – Syekh Puji kembali menjadi sorot perhatian masyarakat. Pasalnya, ia menikahi bocah yang baru berusia 7 tahun. Perilaku tersebut tentu melanggar peraturan usia pernikahan. Dalam Undang-Undang No 16 Tahun 2019 dikatakan bahwa usia pernikahan perempuan yakni 16 tahun.
Menanggapi hal ini, Komnas Perlindungan Anak Jawa Tengah tak diam saja. Mereka telah melaporkan pemilik Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Jannah Pujiono CW di Bedono ke Polda Jateng pada 18 Desember 2019 lalu.
Tanggapan Komnas PA terhadap Syekh Puji
Ketua Komnas Perlindungan Anak (PA), Arist Merdeka Sirait, menilai bahwa Syekh Puji cenderung peadofil atu kelainan seksual. Ia menganggap Syekh Puji layak dijebloskan ke penjara dengan masa tahanan 20 tahun dan dikebiri secara kimia.
Hukuman tersebut telah sesuai dengan Pasal 76D juncto 76E juncto Pasal 81 ayat 1 juncto Pasal 82 ayat 1 dan 2 UU No.23/2002 yang diperbarui dengan UU No.35/2014 tentang Perlindungan Anak.
Selain itu, terduga juga disangkakan UU No.17/2016 tentang Penerapan Perpu No.1/2016 tentang Perubahan Kedua atas UU No.23/2002 tentang Perlindungan Anak menjadi Undang-Undang.
“Maka dia yang berjanggut panjang dan berpakaian serba putih itu, dapat dikenakan tambahan pidana sepertiga dari ketentuan pidana pokok. Itu berarti dia bisa mendapat hukuman berupa kebiri lewat suntik kimia dan pemasangan alat pendeteksi elektronik,” kata Arist yang dikutip Djawanews dari Semarangpos.
Terkait laporan Komnas PA terhadap Syekh Puji, Polda Jateng melakukan visum kepada istrinya yang berusia 7 tahun. Visum dilakukan untuk mengetahui apakah bocah itu menerima kekerasan seksual dari Syekh Puji.
Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Jateng, Kombes Pol Iskandar F Sutisna mengatakan, berdasarkan hasil visum tidak ada tanda-tanda kekerasan seksual yang dialami oleh bocah 7 tahun itu. Selaput daranya dinilai masih bagus dan tidak ada tanda kekerasan seksual. Selain itu 6 orang saksi juga telah dipanggil untuk dimintai keterangan terkait kasus yang menjerat Syekh Puji.