Djawanews.com – Sumpah Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok beberapa tahun lalu viral di media sosial menyusul meninggalnya politisi Abraham Lunggana alias Haji Lulung pada Selasa, 14 Desember.
Sumpah Ahok dikaitkan netizen sebagai kutukan yang menyebabkan beberapa orang tokoh 212 meninggal dunia. Mulai dari Tengku Zulkarnain, Ustaz Maheer, Ustaz Arifin ilham, hingga Haji Lulung. Bahkan dikaitkan juga dengan dipenjarakannya Habib Rizieq Shihab.
Sumpah Ahok yang dimaksud terucap pada 2017 saat Ahok tersandung kasus penistaan agama yang menjadikannya gagal sebagai Gubernur DKI Jakarta.
"Percayalah, sebagai penutup, kalau Anda menzalimi saya, yang Anda lawan adalah Tuhan yang Mahakuasa, Maha Esa," demikian ucapan Ahok pada Mei 2017.
"Saya akan buktikan satu per satu dipermalukan. Terima Kasih," sambung Ahok.
Menanggapi hal itu Ade Armando menegaskan agar publik tidak terlarut-larut dalam isu yang tak berlandaskan logika tersebut.
Meninggalnya Haji Lulung merupakan berita duka yang tidak ada kaitannya dengan sumpah Ahok.
“Penyebabnya (muncul isu soal sumpah Ahok) sederhana, Haji Lulung merupakan orang terakhir yang bertanggungjawab atas dipenjaranya Ahok pada 2017 lalu, yang dalam dua tahun terakhir meninggal dunia. Sebelum Haji Lulung, ada Tengku Zulkarnain, Ustaz Maheer, dan Ustaz Arifin Ilham. Mereka adalah para tokoh yang pada 2016 hingga 2017 lalu berada di jajaran terdepan para penggugat Ahok. Dan mereka kini sudah meninggalkan dunia,” ujar Ade Armando dalam saluran CokroTV, dikutip pada Kamis, 16 Desember.
“Sebagian orang menganggap mereka sebagai korban sumpah Ahok. Bagi para pendukungnya, kalimat sumpah Ahok itu akan terus dikenang. Meninggal Lulung dianggap sebagai bukti terbaru kesaktian sumpah Ahok,” sambungnya.
Lebih mengejutkannya lagi, ada pihak yang mempercayai sumpah sakti Ahok dan meminta agar sumpahnya disudahi supaya tak ada lagi korban yang berjatuhan.
“Ada netizen yang bahkan meminta Ahok untuk menyudahi sumpahnya, agar tidak ada korban lagi berjatuhan,” jelas Ade.
Senada dengan Ade Armando, Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya meminta agar netizen berhenti mengkorelasikan kematian seseorang atau masuk penjara dengan dukungan saat pilkada.
"Stop ketololan percaya kalo ada org yg masuk penjara atau meninggal itu ada kaitannya kutukan dengan sikapnya di pilkada/pemilu...," kata Yunarto melalui akun Twitternya, dikutip pada Kamis, 16 Desember.
"Dua belah kubu ada yg kena kasus hukum dan meninggal juga kok... Sama2 manusia, bisa salah dan pasti meninggal...," imbuhnya.