Djawanews.com – Mensos Risma membantah keras tudingan bahwa harga telur naik dikarenakan Bansos (bantuan sosial) yang dibagikan kepada masyarakat. Sebelumnya, Kenaikan harga telur belakangan ini memunculkan isu yang meyasar jajaran Kementerian Sosial. Pasalnya, lonjakan harga telur kali ini dipicu oleh pembagian bantuan sosial yang dilakukan Kemensos.
Menteri Sosial Tri Rismaharini (Mensos Risma) memastikan anggapan tersebut tidak benar. Karena Kemensos membagikan Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) Rp200 ribu per bulan per keluarga penerima manfaat dalam bentuk uang, bukan telur.
"Yang jelas saya enggak bantu telur, karena enggak mungkin. Gimana cara baginya orang jutaan jumlahnya, kita bagi (telur) pecah sampai sana. Kita bantu uang ya," jelas Risma di Jakarta, Rabu, 24 Agustus.
Mensos Risma Paparkan Mengenai Pembagian Bansos
Disampaikan Risma, setiap keluarga penerima manfaat bisa menggunakan bantuan Rp200 ribu tersebut untuk membeli bahan pangan pokok, termasuk telur. "Enggak ada kita menyiapkan (telur). Bagaimana caranya? Taruhlah satu orang satu kilo saja, 10 juta kilo. Bagaimana dengan 18 juta orang?" ucapnya.
Sebelumnya, baik Paguyuban Peternak Rakyat Nusantara (PPRN) maupun Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyatakan, salah satu penyebab meroketnya harga telur ayam adalah pembagian bansos.
"Ini Kementerian Sosial rapel bantuan sosialnya itu tiga bulan dan sebagian besar telur, jadi permintaan tiba-tiba melonjak naik," terang Zulhas di Komplek DPR pada Rabu, 24 Agustus.
Penyebab lainnya, menurut Zulhas, adalah kegiatan afkir dini terhadap induk ayam petelur. "Oleh karena itu, itu yang pertama sebabnya. Ini kan pengusaha-pengusaha besar apa yang disebut dengan afkir dini. Induknya yang petelur-petelur diafkir dini, disembelih, dijual," terang Zulhas.
Jadi apa yang sebenarnya menjadi faktor penting pemicu kenaikan harga telur? Apa benar Bansos yang dibagikan Mensos Risma menjadi indikator kuncinya?
Dapatkan warta harian terbaru lainya dengan mengikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.