Djawanews.com – Sistem rudal kontainer merupakan rudal yang disamarkan sebagai kargo komersial bertujuan mendapatkan akses mudah ke hampir semua pelabuhan internasional. China secara diam-diam terus mengembangkan sistem ini.
Sistem rudal kontainer bukanlah konsep militer baru, karena sejumlah negara telah terlibat dalam praktik ini selama bertahun-tahun.
Sistem ini terbilang efektif untuk pengiriman yang cepat dan rahasia, karena dapat dipasang di kapal atau lokasi pantai. Hal ini memungkinkan suatu negara untuk dengan cepat meningkatkan pembangunan militernya di mana pun diperlukan.
Peneliti senior di International Assessment and Strategy Center, Rick Fisher mengatakan, China menempatkan rudal-rudal itu di kontainer seperti Kuda Troya. Beijing mengubah banyak kapal pribadinya menjadi armada militer.
Fisher menyebut strategi tersebut akan memberikan "kejutan" dalam serangan China.
"Kapal-kapal kecil China yang tidak mencolok untuk melakukan serangan rudal kejutan terhadap pertahanan dapat membantu pasukan invasi amfibi atau udara," jelas Fisher dalam wawancara dengan The Sun pada Senin, 6 Desember.
Bahkan kontainer-kontainer berisi rudal itu dapat disimpan selama berabad-abad di gudang dekat pangkalan militer Amerika Serikat (AS). Menurut analis, hulu ledak elektromagnetik rudal akan dapat menonaktifkan pangkalan kapal selam rudal balistik nuklir terdekat.
“Ledakan EMP mungkin menghancurkan elektronik di (kapal selam) dan di seluruh pangkalan tanpa harus meluncurkan rudal nuklir dari China,” jelasnya.
Fisher juga menyebut Washington akan berada dalam kekacauan jika serangan tersebut terjadi.
Dikabarkan, China telah menciptakan kompleks rudal pertamanya yang dapat disamarkan sebagai kontainer kargo biasa pada 2016 lalu. Beijing dilaporkan berhasil memasukkan rudal jelajah jarak jauh ke dalam sebuah wadah, yang dapat disamarkan sebagai kargo komersial.
Sistem ini dikatakan sangat berbahaya, karena mereka dapat tiba di pelabuhan dengan kapal dagang sementara tidak dapat dibedakan dari kargo lainnya.
Belum lama ini, Stockton Center mengklaim bahwa rudal yang disamarkan sebagai kargo komersial bisa melanggar hukum internasional tentang konflik bersenjata, karena membahayakan pelaut sipil dan menempatkan semua kapal sipil dalam risiko yang mungkin beroperasi di area permusuhan.