Djawanews - Vaksin Nusantara yang digagas bekas Menteri Kesehatan Terawan Agus menjadi polemik. Belum memiliki persetujuan dari BPOM tapi gerakan dukungan dari DPR menggelinding kencang.
Sejumlah anggota DPR termasuk Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad baru saja mengambil sampel darah di RSPAD. Pengambilan ini dalam tahap proses penyuntikan Vaksin Nusantara.
Bukan hanya Dasco saja. Sebut saja nama mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo. Ada juga Aburizal Bakrie yang juga merupakan pasien Terawan di RSPAD.
"Hari ini kita bukan menerima vaksin atau menyuntik vaksin, tapi baru mengambil sampel darah yang kemudian akan diolah dengan sistem dendritic cell. Untuk kemudian nanti baru dimasukkan lagi setelah 7 hari ke dalam tubuh, untuk kemudian apa yang dimasukkan itu mengajarkan sel darah kita lain untuk melawan apabila ada virus yang masuk, termasuk virus COVID-19," beber Dasco.
"Kenapa ini kemudian saya lakukan, karena saya percaya bahwa vaksin personalize dengan sistem dendritic cell ini juga secara teoirinya memang masuk akal dan sudah ada fase satu yang kemudian berhasil dan tidak ada efek samping dan lain-lain," ujarnya.
Senada dengan Dasco. Gatot Nurmantyo juga mengaku rela menjadi relawan Vaksin Nusantara. Terlebih lagi saat ini Indonesia mulai kekurangan pasokan vaksin dari luar negeri.
"Saya ini lahir di sini, makan di sini, minum di sini, diberi ilmu di sini, dan dididik sebagai seorang prajurit di bumi pertiwi. Kemudian ada hasil karya putra Indonesia yang terbaik kemudian uji klinik, kenapa tidak saya. Apapun saya lakukan untuk bangsa dan negara ini," kata Gatot usai jalani uji klinis vaksin Nusantara di RSPAD.
Wakil Ketua Komisi IX DPR Melkiades Laka Lena punya pandangan sama dengan Dasco dan Gatot. Ini adalah bentuk kecintaan dia terhadap vaksin Nusantara sebagai produk dalam negeri. Terlebih, menipisnya stok vaksin lantaran adanya embargo dari negara produsen.
"Kalau memilih untuk biar negara ini bisa berputar ekonominya, bisa segera sehat apalagi sekarang vaksin lagi susah, India lagi embargo. Kita ini jumlah vaksin kurang," kata Melki.
BPOM Melihat Vaksin Nusantara
Dilansir dari VOI, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito menjelaskan kenapa mereka belum memberi izin vaksin COVID-19 Nusantara untuk melakukan uji klinis fase II.
Kata dia, tim peneliti vaksin nusantara ternyata sering mengabaikan hasil permintaan dan evaluasi BPOM. Vaksin Nusantara dinilai belum memenuhi banyak kaidah tahapan uji klinik, di antaranya good manufacturing practice dan good clinical practice.
“Komitmen correction action atau prevention action sudah diminta dari awal, tapi diabaikan, diabaikan, diabaikan. Tetap tidak bisa, nanti kembali lagi ke belakang. Jadi berbagai aspek, good clinical practice dan good manufacturing practice untuk produksi vaksin belum terpenuhi,” kata Penny dalam keterangan yang dikutip pada Rabu, 14 April.
Penny kemudian mempersilakan tim peneliti Vaksin Nusantara untuk melakukan perbaikan terkait prosedur dan kaidah agar bisa memenuhi persetujuan uji klinis fase I.
“Kami tidak bisa menghentikan, silakan diperbaiki proof of concept, data-data yang dibutuhkan untuk pembuktian kesahihan, validitas tahap 1 uji klinis. Barulah kalau sudah kita putuskan apakah bisa melangkah,” jelasnya.