Djawanews.com – Nama Menteri BUMN Erick Thohir sempat menjadi salah satu kandidat yang menjadi pembahasan pada Rakernas (Rapat Kerja Nasional) partai Nasdem untuk diunggulkan pada Pemilu 2024. Namun, pada keputusan akhirnya, nama Erick rupanya tersingkir dan mental.
Partai NasDem akhirnya merekomendasikan tiga nama sebagai bakal calon presiden, yakni Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Keputusan itu dibacakan oleh Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh di malam penutupan Rapat Kerja Nasional, Sabtu, 18 Juni.
"Tiga nama ini adalah pilihan Rakernas. Saya harus mengingatkan, tidak ada yang kurang antara satu sama lain. Di antara ketiganya, nilainya semua sama di mata saya sebagai ketua umum," ujar Paloh.
Setelah rakernas memutuskan tiga nama bakal capres rekomendasi, Surya Paloh akan bertugas membangun koalisi dengan partai-partai yang tertarik dengan tiga figur itu. "Insyaallah nanti kami akan tetapkan satu (nama capres), waktu dan tempatnya kita cari hari baik, bulan baik," tuturnya.
Nama Anies, Andika, dan Ganjar diputuskan dalam rapat pleno steering committee pada Kamis malam, 16 Juni 2022. Tiga nama tersebut digodok berdasarkan hasil usulan 34 Dewan Pimpinan Wilayah NasDem. Usulan disampaikan dalam sidang pleno terbuka pada siang harinya.
Dalam sidang tersebut, tokoh eksternal partai mendominasi usulan DPW. Lima nama teratas yakni Anies Baswedan dengan perolehan dukungan 32 DPW. Di bawah Anies, Ganjar Pranowo dengan dukungan 29 DPW.
Berikutnya Menteri BUMN Erick Thohir dengan 16 suara, Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel 14 suara, dan Jenderal Andika Perkasa 13 suara. Namun, nama Gobel dan sejumlah kader internal yang masuk usulan dieliminasi. Sebab, NasDem memutuskan tidak mengajukan kader internal di Pilpres 2024.
Kepada Tempo, Sekretaris Steering Committee Rakernas NasDem Willy Aditya bercerita, mekanisme pengambilan keputusan dalam rapat pleno murni dilakukan dengan musyawarah mufakat. "Sejak awal kami tetapkan musyawarah di dalam tata tertib. Kami putuskan tidak ada voting, karena kalau ada voting, partai pasti rusak, akan ada gerakan politik sana-sini," ujar Willy, Jumat malam, 17 Juni 2022.
Kendati demikian, Willy tidak menampik bahwa suara dukungan terbanyak dari DPW juga menjadi pertimbangan steering committee dalam mengambil keputusan. Empat nama dengan dukungan terbanyak adalah Anies, Ganjar, Erick Thohir, dan Andika.
Dia menjelaskan, panitia menggunakan variabel kuantitafif dan variabel kualitatif dalam mengambil keputusan. "Jadi kami memakai pendekatan kualitatif setelah pendekatan kuantitafif. Pak Surya kan berpesan untuk tidak membebek hasil survei. Jadi dua variabel itu kami padankan, maksudnya berimbang antara kuantitatif dan kualitatif," ujar dia.
Merujuk pertimbangan tersebut, akhirnya diputuskan tiga nama, yakni Anies, Andika, dan Ganjar. Faktor utama memilih Anies dan Ganjar diakui menilik variabel kuantitafif, disamping kapabilitas keduanya juga dinilai mumpuni. "Anies dan Ganjar itu masuk dua besar hampir di semua survei yang kami lakukan. Keduanya sangat dominan, sangat menonjol, sehingga itu menjadi pilihan yang rasional bagi kami Partai NasDem," ujar Willy.
Sementara pertimbangan memilih Andika, lanjut Willy, lebih berdasarkan pertimbangan kualitatif. Partai NasDem melihat Andika sebagai sosok yang memiliki integritas dan komitmen kebangsaan yang kuat.
"Jadi Andika itu lebih kepada pendekatan kualitatif. Kalau Anies-Ganjar itu kan dua nama yang menonjol, hampir mutlak. Andika ini memang karena kami melihat pada faktor kesejarahan, faktor representasi, dan kami melihat Andika Perkasa memiliki sebuah posisi yang patut kami apresiasi," tuturnya.
Menurut Willy, tidak ada dinamika yang berarti dalam rapat pleno pengambilan keputusan yang digelar pada pukul 22.00-23.30, Kamis malam itu. Musababnya, ujar dia, nama-nama yang dihasilkan sudah muncul sesuai riset yang dilakukan Partai NasDem di 80 daerah pilihan dengan memakai preferensi variabel kuantitafif dan kualitatif.
"Syarat DPW mengajukan nama capres kan juga harus melakukan survei dapil (daerah pemilihan). Kami secara maraton membahas hasil survei itu sebelumnya. Steering committee tinggal mengonfirmasi saja. Jadi, rapat kemarin malam itu tinggal gong-nya saja," tuturnya.
Namun, Willy membantah bahwa usulan DPW hanya sekadar formalitas sementara nama capres sebetulnya sudah ada di kantong Surya Paloh sejak awal. "Tidak formalitas, silakan konfirmasi saja ke lembaga-lembaga survei yang kami ajak kerjasama. NasDem selalu saintifik, enggak mungkin kami lucu-lucuan. Kemarin kami jejerkan semua hasil survei, kami baca laporan DPW, lalu kami melakukan simulasi-simulasi sebelum akhirnya diambil keputusan," ujar dia.
Ketua DPP Partai NasDem itu menyebut Surya Paloh hanya menitipkan pesan agar keputusan penentuan calon presiden tidak membebek pada hasil survei. Surya menginginkan figur yang memiliki kualitas dan kapabilitas bisa memberi jaminan stabilitas ekonomi politik di tengah kondisi pascapandemi dan ancaman krisis global. Tiga variabel kualitatif utama yang dipertimbangkan internal adalah kapasitas, integritas, dan moralitas.
"Kami tidak ingin terjebak dalam populisme terus terus-menerus," ujar dia. "Keseimbangan antara representasi sipil dan militer inilah yang menjadi keputusan kami di dalam bermusyawarah menentukan tiga nama bakal calon presiden."
Willy Aditya mengakui keputusan partainya mengusung kader eksternal tentu memiliki tantangan dan risiko tersendiri. NasDem juga sebelumnya mengaku belum pernah menjalin komunikasi soal pencapresan dengan kandidat-kandidat terpilih ini. Komunikasi baru akan dijalin setelah rakernas kelar.
"Kalau ada satu yang menolak misalnya, dari kandidat yang tiga itu, ya tinggal dua nama. Enggak mungkin juga ada pemain pengganti masuk, ya harus berbesar hati (kalau ditolak). Kami ingin demokratis dan risiko itu sudah menjadi konsekuensi dari pilihan yang terbuka," ujar Willy dalam konferensi pers NasDem kemarin.
Dapatkan warta harian terbaru lainya dengan mengikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.