Djawanews.com – Bekas gedung Bioskop Indra dan bekas kantor Dinas Pariwisata menjadi rumah baru bagi ribuan pedagang kaki lima (PKL) yang tersebar di kawasan Malioboro.
Relokasi PKL ini dimulai dengan tahap wilujengan atau syukuran yang dipimpin Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X berpusat di salah satu area relokasi, eks lahan Bioskop Indra atau disebut Teras Malioboro I pada Rabu 26 Januari.
"Bersamaan relokasi ini, saya siapkan Peraturan Gubernur yang melarang di sepanjang Malioboro tak boleh lagi ada PKL berjualan di situ," kata Sultan HB X saat memantau prosesi awal relokasi itu, Rabu 26 Januari.
Melansir tempo.co, ada empat alasan utama Sultan HB X tak mau menunda-nunda relokasi bagi 1.800 PKL itu.
Pertama, Sultan HB X sudah lama menanti momentum yang tepat untuk penataan kawasan Malioboro yang kini dari ujung utara hingga selatan sudah bersolek dengan jalur pedestriannya.
"Aku wes ngenteni 18 tahun (aku sudah menunggu 18 tahun) untuk relokasi ini. Jadi ora mung mundur 3 tahun, aku wes ngenteni 18 tahun (Jadi tak hanya mundur 3 tahun, aku sudah menanti 18 tahun)," ungkap Sultan HB X merespon permintaan PKL yang mendesak agar relokasi diundur tiga tahun lagi.
Kedua, Sultan menilai relokasi PKL Malioboro hal yang tak bisa dihindari karena para pedagang selama ini memang menempati lokasi bukan sesuai peruntukkannya. Selain di trotoar yang difungsikan untuk pejalan kaki, juga di depan areal yang notabene masih menjadi space pertokoan yang ada di kawasan itu.
"Tempat jualan itu bukan milik PKL, tapi area toko yang dimiliki pemerintah, bukan untuk fasilitas kaki lima," kata Sultan.
Kemudian alasan ketiga, Sultan mengungkap relokasi PKL ini bertujuan untuk mengembangkan sistem jaringan pejalan kaki yang berkualitas di kawasan pedestrian serta membuka aksesibilitas Jalan Malioboro dan Jalan Margo Mulya sebagai pusat pelayanan kota.
Dan yang terakhir, Sultan mengatakan relokasi besar-besaran PKL ini dalam upaya mendukung rencana kerjasama Pemda DIY dengan lembaga dunia UNESCO. Yogya tengah mengusulkan kawasan Sumbu Filosofi sebagai warisan dunia ke Unesco. Sumbu Filosofi sendiri merupakan garis imajiner lurus yang menyambungkan Tugu-Kraton-Panggung Krapyak, termasuk Malioboro di dalamnya.
Pada Juni ini UNESCO akan datang ke Yogyakarta melakukan verifikasi atas usulan itu.
"Saya tak mau dinilai melanggar hukum, dengan membuat kerjasama dengan UNESCO, tapi di dalam kerjasama itu saya justru membiarkan lahan trotoar area pertokoan untuk pejalan kaki dipakai PKL," kata Sultan.