Djawanews.com - Masjid Jami Ul-Alfar tampil dengan warna cantik, unik, dan eksentrik. Keberadaannya menjadi identitas ibu kota Sri Lanka selama lebih dari seabad.
Masjid Jami Ul-Alfar ini berada di tengah Kota Kolombo, Sri Lanka. Masjid ini seringkali disebut sebagai Masjid Merah atau Masjid Permen karena warnanya meriah seperti permen.
Masjid yang terletak di Distrik Pettah ini ramai akan kesibukan pertokoan dan kendaraan bermotor setiap harinya. Sejarahnya, masjid ini dibangun sejak 1908, lalu dibuka untuk umum setahun kemudian. Masjid ini menjadi salah satu masjid terbesar di Sri Lanka.
Masjid yang juga dikenal dengan nama Rathu Palliya dan Samman Kottu Palli ini dibangun dengan gaya Indo-Saracenic. Desainnya ini pun mengingatkan pada Masjid Jamek yang berada di Kuala Lumpur, Malaysia.
Ditutup, Kenapa?
Seperti tempat ibadah lainnya, Masjid Jami Ul-Alfar coba untuk tetap hidup berdampingan dengan pandemi. Jaga jarak serta disinfektan dilakukan dengan taat oleh pengelola masjid. Sayangnya, setelah melawan panjang dengan Covid-19, masjid ini pun mengalah dan dilaporkan ditutup. Kenapa?
"Ini adalah pertama kalinya dalam 112 tahun sejarah masjid bahwa kami harus tutup pintu untuk jamaah," ungkap Ruzni Maulavi, koordinator dan pemandu wisata masjid.
"Jika satu kasus Covid-19 dikonfirmasi di antara jemaah kami, jaringan akan tersebar jauh lebih luas," jelasnya.
Masjid Jami Ul-Alfar sendiri adalah satu-satunya masjid di Kolombo yang membuka pintu bagi wisatawan. Dari lima pintu masuk masjid, tiga diperuntukkan untuk laki-laki, satu untuk jamaah perempuan dan satu lagi untuk wisatawan.
Keheningan yang ditawarkan masjid ini seakan-akan menjadi oase di padang gurun. Sebab, hiruk-pikuk pasar yang ada di sekitarnya berbanding terbalik dengan suasana masjid permen yang tenang itu.
Seperti halnya negara lain, Sri Lanka mempunyai kurva positif harian COVID-19 yang meningkat. Selama 7 hari terakhir, rata-rata terdapat 2.700 kasus COVID-19 baru di sana.