Djawanews.com – Sepinya pengunjung di kawasan wisata Taj Mahal, Agra, India berimbas pada semua unsur terkait. Mulai dari pemandu wisata, hotel dan pemilik toko semuanya bangkrut.
Tidak tanggung-tanggung kawasan Agra memiliki lebih dari selusin hotel bintang lima dan 400 hotel murah. Industri perhotelan ini menyerap sekitar 400.000 orang pekerja.
Bangkrut Total Pengelola Hotel Agra Berharap Bantuan Pemerintah
Dampak pandemi melibas habis penggerak wisata Taj Mahal. Pengelola hotel di Agra berharap besar bantuan pemerintah India. Selain insentif, mereka menyimpan ekspektasi ada terobosan program wisata yang tidak biasa.
"Segmentasi dalam industri pariwisata saling memberi makan dan itulah mengapa harus ada stimulus besar untuk menghidupkan kembali sektor ini," kata Hari Sukumar, wakil presiden Jaypee Palace Hotel.
"Pesta pernikahan di destinasi wisata dan MICE alias Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran) adalah salah satu solusi karena menghasilkan pendapatan lumayan," Hari menambahkan.
Bisnis kecil seperti toko kerajinan tangan dan tatahan marmer, serta bengkel kulit di kompleks Taj Mahal yang luas, yang luasnya hampir 17 hektare, itu sangat terpukul oleh penutupan Taj Mahal. Mayoritas dari pedagang souvenir itu tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah.
"Kami sangat bergantung pada kedatangan turis. Sekarang, kami berjuang untuk bertahan dan bertanya-tanya berapa lama kesengsaraan ini akan berlangsung," Pradeep Kumar, seorang penjaga toko.
Memang diakui tidak ada skema khusus untuk bantuan kepada para pemilik toko di Taj Mahal.
"Jelas, orang dapat melihat bahwa ekonomi kota terkait erat dengan Taj Mahal. Selain jatah untuk mereka yang membutuhkan, tidak ada skema khusus untuk pemangku kepentingan," kata hakim distrik Agra Prabhu Singh.
"Kami berharap Taj Mahal segera dibuka tetapi itu tergantung pada Survei Arkeologi India (ASI)," Sing menambahkan.