Djawanews.com – Salah satu objek wisata yang menarik di Pulau Samosir adalah Batu Kursi Raja Siallagan Desa Ambarita. Ini merupakan sebuah objek wisata sejarah dengan kisah yang bikin merinding. Lokasinya ada di Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatra Utara. Tiket masuknya sangatlah murah, hanya Rp2.000 per orang.
Setelah membayar tiket, pengunjung akan masuk ke kawasan wiasta dengan melewati gapura bertuliskan Huta Siallagan. Huta Siallagan artinya adalah ‘Kampung Siallagan’. Nah, kisah apa yang dimiliki oleh objek wisata ini? Simak ulasan berikut.
Sedikit Kisah Sejarah Batu Kursi Raja Siallagan Desa Ambarita
Masuk ke kawasan wisata, tampaklah beberapa rumah dengan arsitektur khas Batak Toba. Rumah-rumah tersebut konon telah berusia ratusan tahun. Masing-masing rumah memiliki fungsi yang berbeda. Meski sangat tua, rumah-rumah tersebut tampak sangat terawat.
Namun, ada hal yang lebih menarik dari rumah tersebut, yaitu Batu Kursi Siallagan. Ini adalah kursi-kursi batu yang formasinya mengelilingi sebuah meja yang terbuat dari batu juga. Yang bikin set batu ini menarik bukan bentuknya, melainkan kisah yang menyertainya.
Batu Kursi Siallagan disebut juga batu persidangan. Dahulu kursi batu ini digunakan Raja dan para petinggi adat untuk menyidang pelaku kejahatan di Huta Siallagan. Jika kejahatannya ringan, hukumannya adalah pencajara dan pasung. Jika kejahatannya berat, pelaku dijatuhi hukuman pancung atau potong kepala.
Hukuman pancung dilakukan di batu lain yang terletak di bagian belakang. Setelah melewati beberapa prosesi, pelaku kejatahan ditengkurapkan di atas batu kemudian dipenggal.
Tak berhenti di situ, konon jantung dan hati penjahat tersebut dimakan oleh raja dan yang lain untuk menambah kekuatan serta kesaktian. Adat yang bikin merinding itu tak lagi dilakukan sejak masuknya agama Kristen di wilayah tersebut. Kini Batu Kursi Raja Siallagan Desa Ambarita menjadi objek wisata sejrah di Pulau Samosir, Sumatra Utara.
Info menarik lain soal wisata bisa didapatkan di sini.