Wisata budaya jadi salah satu destinasi yang banyak diburu wisatawan. Oleh karenanya, desa budaya banyak dikunjungi wisatawan saat liburan. Untungnya, di Indonesia tidak sulit mencari desa budaya yang akan menampilkan produk kesenian lokal, salah satunya Desa Budaya Pampang.
Desa Budaya Pampang adalah salah satu destinasi wisata budaya favorit yang ada di Kalimantan, terletak di Sungai Siring, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. Desa yang menampilkan kebudayaan Suku Dayak ini berjarak sekitar 23 km dari pusat kota Samarinda dan lokasinya tak terlalu sulit untuk diakses.
Daya Tarik Desa Budaya Pampang
Desa Pampang diresmikan sebagai desa wisata pada bulan Juni tahun 1991 oleh Gubernur Kalimantan Timur, Haji Muhammad Ardans, SH. Desa ini memiliki sejarah yang patut dikenang dan diketahui karena tercipta akibat kondisi geopolitik pada masa lampau.
Meski diresmikan pada tahun 90-an, sejarah pembangunan Desa Pampang telah dimulai sekitar tahun 1960. Penduduk Desa Pampang adalah Suku Dayak Apokayan dan Kenyah. Awalnya, Apokayan dan Kenyah tinggal di wilayah Kutai Barat dan Malinau. Kedua wilayah tersebut secara administrasi berada di wilayah Indonesia yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
Perpindahan Apokayan dan Kenyah ke wilayah yang sekarang didasari pada berbagai hal, seperti keamanan dan mencari penghidupan yang layak. Terlebih sekitar tahun 1963 sempat terjadi perseteruan antara Indonesia dan Malaysia.
Perseteruan dua negara memaksa Apokayan dan Kenyah berpindah tempat. Mereka meninggalkan tanah mereka yang lama dan mencari tanah baru, tanah yang dirasa akan memberikan keamanan dan ketentraman.
Perpindahan yang dilakukan dengan berjalan kaki itu akhirnya mengantarkan Apokayan dan Kenyah sampai di Pampang. 30 tahun kemudian, Pampang diresmikan oleh Pemerintah sebagai wilayah yang dimiliki Apokayan dan Kenyah sekaligus menjadi desa wisata.
Salah satu alasan mengapa Pemerintah meresmikan Desa Pampang sebagai desa budaya adalah karena Apokayan dan Kenyah masih memegang teguh kebudayaan mereka hingga sekarang. Pemerintah melihat aktivitas tersebut sebagai sebuah peluang untuk meningkatkan kemakmuran ekonomi penduduk dengan menjadikan Pampang sebagai tujuan wisata lokal dan mancanegara.
Ada banyak keunikan yang bisa dinikmati saat berkunjung ke Desa Budaya Pampang. Namun, terlebih dahulu wisatawan diharuskan membayar kontribusi masuk sebesar Rp15.000/orang. Dengan nominal tersebut, ada beberapa produk kebudayaan yang bisa dinikmati.
- Tarian Suku Dayak dan Manik-manik
Setelah wisatawan membayar biaya masuk, pengelola desa biasanya akan memberikan manik-manik khas Dayak. Selain itu, ada pertunjukan khas Suku Dayak yang berupa tarian
Tarian yang ditampilkan yakni tari Bangen Tawai, Hudoq, Kanjet Anyam Tali, Ajay Pilling, Kancet Lasan, Nyalama Sakai, hinggga Kancet Punan Lettu. Kesenian Dayak tersebut diadakan setiap akhir pekan.
- Rumah Adat
Di Desa Pampang, wisatawan bisa menikmati produk arsitektur Dayak yang berupa rumah adat. Rumah ini terbuat dari kayu Ulin dengan hiasan dan ukiran hampir di semua dinding rumah. Tidak hanya ukiran, paduan warna hitam, putih, dan kuning membuat tampilan rumah sangat eksotis dan menonjolkan kekhasan Suku Dayak.
- Kostum Dayak dan Aksesoris Suku Dayak
Tidak hanya menikmati tarian dan bangunan Suku Dayak, wisatawan juga dapat berfoto menggunakan aksesoris Dayak yang disewakan. Ada beberapa macam aksesoris yang bisa digunakan untuk berfoto, termasuk pakaian adat Kalimantan. Wisatawan juga dapat berfoto dengan penduduk asli setempat, termasuk berfoto dengan tokoh Suku Dayak setempat.
Sebagai informasi tambahan, Desa Budaya Pampang selalu menerima kunjungan setiap hari, namun hanya pada siang sampai sore saja. Selain tiket masuk, pengunjung juga dikenakan biaya sebesar Rp50.000. Biaya tersebut dibebankan kepada wisatawan yang membawa alat perekam semacam kamera atau handy cam.
Fasilitas yang disediakan di Desa Budaya Pampang juga lumayan lengkap, mulai dari tempat parkir yang luas, toilet, tempat sampah, dan juga penjualan souvenir.