Djawanews.com – Kelenteng menjadi bagian penting dari warisan budaya Tionghoa di Indonesia. Kelenteng adalah sebutan untuk tempat ibadah umat Konghucu. Tempat ibadah ini dikenal dengan arsitektur megah khas Tiongkok yang sarat akan nilai seni dan sejarah.
Menariknya, beberapa kelenteng di Indonesia sudah ada sejak masa kerajaan Nusantara dan era penjajahan Belanda, menjadikannya saksi bisu perjalanan sejarah bangsa.
Klenteng Tertua di Indonesia
Kelenteng Hian Thian Siang Tee
Kelenteng yang sering juga disebut dengan nama Kelenteng Welahan ini terletak di Desa Welahan, Kecamatan Welahan, Kota Jepara. Kelenteng tersebut menjadi salah satu kelenteng tertua di Indonesia yang diperkirakan berdiri sejak 1600 Masehi dan menyimpan satu-satunya pusaka peninggalan masyarakat Tiongkok berupa Sien Tjiang.
Usia Kelenteng Hian Thian Siang Tee hingga saat ini 430 tahun. Adapun di dalam kelenteng ini terdapat lima dewa, yaitu Kongco Hian Thian Siang Tee, Kwan Tee Kun, Makco Kwan Im, Khonghucu, dan Sang Buddha. Klenteng ini dibangun oleh dua bersaudara, yaitu Tan Siang Hoe dan Tan Siang Djie.
Mereka membangun Kelenteng Welahan sebagai bentuk terima kasih kepada Tuhan karena sudah diberi anugrah menyembuhkan orang. Selain itu, tempat ini juga dibangun untuk meminta perlindungan saat merawat orang.
Hingga saat ini, Kelenteng Hian Thian Siang Tee Welahan masih sering dimanfaatkan untuk aktivitas keagamaan dan wisata religi yang tidak hanya dikunjungi warga Tionghoa saja, tetapi oleh masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia.
Kelenteng Hok Tek Ceng Sin
Kelenteng Hok Tek Ceng Sin dibangun di Jepara, sejak 1466 dengan bangunan utama dilengkapi atap pelana yang sangat khas dengan gaya Tionghoa. Bagian atas atap dihiasi dengan patung yang menggambarkan sepasang naga hijau yang terlihat sedang memperebutkan mustika. Kelenteng ini berusia 557 tahun.
Selain naga, Anda akan melihat di halaman depan klenteng tertua di Indonesia ini terdapat sepasang singa Kilin atau Ciok Say. Singa Kilin tersebut terdiri dari 18 jenis hewan yang tubuhnya menyerupai kuda dengan kulit bersisik ular dan ikan, mata seperti kepiting, taring seperti macan, janggut dan mulut seperti singa, ekor seperti penyu, dan kaki seperti burung, kerbau, macan dan rusa.
Pada setiap pilar di serambi Kelenteng Hok Tek Ceng Sin Jepara terdapat lukisan binatang yang menggambarkan 12 Shio dalam tradisi Tionghoa, antara lain Tikus, Kerbau, Harimau, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing, dan Babi.
Kelenteng Talang
Kelenteng Talang terletak di Kota Cirebon yang berdiri sejak 1450 Masehi. Kelenteng ini mempunyai keunikan tersendiri dibandingkan klenteng lainnya di Cirebon, yaitu tidak ada ornamen naga di atas atap serta bangunannya menghadap ke laut.
Usia kelenteng ini 573 tahun. Kelenteng Talang mempunyai luas tanah sekitar 400 meter persegi. Bagi pengunjung yang hendak bersinggah ke Kelenteng Talang, mereka bisa masuk melalui gerbang kayu atau pelana dengan atap berbentuk kapal terbalik.
Sesampainya di depan kelenteng, Anda akan langsung melihat pendopo. Selanjutnya, masuk ke ruangan bagian utama, terdapat patung singa bernama Genta dan Kilin yang terbuat dari batu pasir Arkose.
Ada pula ukiran ornamen kuda dengan motif flora dan fauna yang didominasi area hijau dan altar utama sebagai tempat sembahyang.
Kelenteng Hong Tiek Hian
Salah satu kelenteng tertua di Indonesia ini didirikan di Jalan Dukuh Nomor 23, Pabean Cantian, Surabaya. Kelenteng Hong Tiek Hian ini bahkan sudah berdiri sejak tahun 1293, dengan kata lain, kelenteng ini sudah berusia bersamaan dengan berkuasanya Kerajaan Majapahit. Usia Kelenteng Hong Tiek Hian hingga saat ini 730 tahun.
Ketika dilihat dari seberang jalan, arsitektur kuno klenteng ini sangat khas dan mengesankan. Saat memasuki pintu masuk kelenteng, Anda akan disambut oleh dua klenteng yang dihubungkan oleh jembatan dengan dua naga di tengahnya.
Anda akan menemukan altar yang dibagi menjadi dua lantai berdasarkan dewa yang dipuja, misalnya Dewi Kwan Im, Buddha, dan dewa-dewi lainnya. Sebagai kelenteng tertua, Hong Tiek Hian kerap kali dikunjungi wisatawan lokal ataupun mancanegara.
Kelenteng Hong Tiek Hian menjadi sangat ramai pada hari-hari besar warga Tionghoa, misalnya Tahun Baru Imlek dan pertunjukan wayang Pho Tee Hi.
Kelenteng Kim Hin Kiong
Kelenteng Kim Hin Kiong adalah salah satu yang tertua di Jawa Timur karena sudah didirikan sejak 1 Agustus 1153, dengan demikian usia kelenteng ini sudah mencapai 870 tahun. Kelenteng Kim Hin Kiong dibangun oleh para pendatang Tionghoa yang berdagang ke Gresik.
Kelenteng ini berlokasi di tengah-tengah kawasan pecinan yang kini menyatu dengan perkampungan Arab. Untuk bentuk bangunannya sendiri tidak terlalu besar, yang didominasi oleh warna merah dan kuning.
Terdapat dua patung singa dan ornamen khas China di bagian depan kelenteng. Pada bagian atas terdapat Hiolo yang dihiasi dengan kepala naga.
Ruang utama berisi altar bagi umat Buddha yang digunakan sebagai tempat penghormatan kepada Dewa Thian San Seng Boo. Sisi kanan kelenteng dilengkapi dengan panggung wayang Po Te Hi untuk acara budaya yang diselenggarakan pada waktu-waktu tertentu.
Kelenteng Kim Hin Kiong juga menjadi saksi dari sikap toleransi masyarakat yang ada di Gresik. Meski berada di daerah mayoritas penduduk beragama Islam, tapi jemaat kelenteng dan warga sekitar sudah memiliki toleransi yang tinggi sejak lama.
Bangunan Kelenteng Kim Hin Kiong kini sudah ditentukan sebagai bangunan cagar budaya oleh Pemerintah Kota Surabaya.