Djawanews.com – Penyair kenamaan Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada Minggu (19/7/2020) pagi.
Sapardi mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tanggerang Selatan.
Sapardi diketahui sempat mendapatkan perawatan karena faktor usia yang membuat fungsi organ menurun dan adanya infeksi berat.
Kini, Sapardi telah pergi, akan tetapi karyanya tetap abadi.
Salah satu karya Sapardi yang melekat di ingatan banyak orang adalah puisinya yang berjudul “Aku Ingin”. Begini bunyi sajaknya.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
Ada cerita menarik di balik lahirnya puisi tersebut. Sajak yang diciptakan pada suatu sore tahun 1989 ini ternyata tidak lahir seketika.
Saat itu, Sapardi tiba-tiba merasa ada sesuatu yang sudah matang di kepalanya dan butuh dituliskan segera.
Sastrawan kelahiran Surakarta 20 Maret 1940 ini pun menulis tangan sajak “Aku Ingin”. Prosesnya sangat cepat, bahkan, Sapardi sendiri kaget.
Dikatakannya, Sapardi sampai berkeringat dan gemetaran waktu menulisnya.
“Setelah selesai, saya merasa menemukan imaji yang sulit sekali didapatkan. Saya sadar, mungkin saja sajak ini akan jadi terkenal,” ujar Sapardi melansir Kompas.
Sapardi mengaku dirinya sering kelayapan sendirian di areal pedesaan ketika masih kecil sembari membaca puisi-pusi Majalah Kisah.
Aktivitasnya itu ternyata membuat Sapardi tertarik untuk menulis puisi. Sapardi Djoko Damono menulis puisi sejak Kelas II SMA. Puisinya pertama kali dipublikasikan di ruang kebudayaan tabloid Pos Minggu (Semarang), pada tahun 1957.