Djawanews.com - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un menganggap industri musik K-Pop yang tengah booming sekarang ini. Menurutnya, industri K-Pop adalah bentuk baru dari eksploitasi dan perbudakan.
Arirang Meari, situs media propaganda Korea Utara, menuduh beberapa label rekaman K-Pop melakukan "eksploitasi layaknya perbudakan".
Grup musik seperti Bangtan Boys atau BTS hingga BLACKPINK ditengarai disebut sebagai contoh salah satu korban eksploitasi dan perbudakan baru tersebut.
"Artis K-Pop terikat kontrak yang luar biasa tidak adil sejak usia dini, ditahan saat pelatihan menjadi calon bintang, dan diperlakukan sebagai budak ketika tubuh."
"Pikiran, dan jiwa mereka oleh para konglomerat yang kejam dan korup," tulis artikel tersebut.
Memang industri K-Pop dikenal sangat ketat mengatur kehidupan para artisnya. Meski begitu, Arirang Meari tidak memberikan bukti nyata perbudakan tersebut, melainkan hanya mengutip ulasan media lain.
Artikel ini diduga merupakan bagian dari upaya propaganda pemerintahan Kim Jong Un agar warganya menjauhi konten hiburan dari Korea Selatan. Di samping warga Korea Utara diam-diam mulai menjadi penggemar K-Pop beberapa tahun belakangan ini.
Beberapa waktu yang lalu empat orang warga Korut dieksekusi mati. Penyebabnya hanya karena kedapatan menyebarkan konten hiburan dari Korea Selatan.
Korut bahkan melarang warganya meniru aksen dan ungkapan-ungkapan ngetren di Korea Selatan seperti "Oppa" dan "Dong-Saen".
Jika melanggar, aparat Korea Utara tak segan-segan mengirim warga menjalani hukuman penjara 15 tahun di sebuah kamp.
Untuk mengetahui ragam perkembangan peristiwa regional, nasional dan mancanegara terupdate, ikuti terus rubrik Berita Hari ini di warta harian Djawanews. Selain itu, untuk mendapatkan update lebih cepat, ikuti juga akun Instagram @djawanews.