Dilansir dari blog.netray.id: Merasa bangga secara berlebihan, atau yang kerap disebut dengan overproud, menjadi hal yang cukup sering kita dengar dewasa ini. Fenomena overproud biasanya muncul di linimasa media sosial seperti Twitter hingga platform berbagi video online YouTube. Skenario paling umum adalah saat orang dari mancanegara membuat konten yang mengandung materi tentang Indonesia. Bentuk materi dan konten tersebut bisa sangat beragam.
Apabila dilihat dari sudut pandang psikologi, fenomena overproud adalah bagian dari inferiority complex. Penyebab masalah psikologis ini bisa sangat mengakar dalam sejarah masyarakat Indonesia. Penjajahan dari bangsa Eropa membuat masyarakat Indonesia secara umum merasa lemah dan rendah diri. Terutama ketika berhadapan dengan bangsa lain khususnya bangsa kulit putih yang menjadi ciri umum bangsa Eropa.
Sebagai konsekuensinya masyarakat kerap merasa sangat bangga bahwa apabila bagian dari dirinya, semisal identitas kebangsaan, disebut oleh orang asing. Seakan mereka menemukan eksistensi dirinya yang selama ini ditekan dan dipendam dalam-dalam. Pada titik ini fenomena overproud tumbuh, berkembang dan menyebar di tengah masyarakat pasca kolonial.
Pemantaun Netray atas Konteks Overproud
Netray Media Monitoring memantau perkembangan fenomena ini dari laman YouTube dan Twitter. Kata kunci “overproud” menghasilkan volume perbincangan sebesar 62,9 juta kali interaksi dalam bentuk reply, retweet, dan favorite. Perbincangan tersebut juga secara potensial dapat menjangkau setidaknya 9,3 juta akun Twitter berbahasa Indonesia. Dapat diasumsikan apabila isu “overproud” cukup banyak menarik perhatian publik.
Pembacaan ini mungkin tidak secara utuh menggambarkan bagaimana fenomena ini bekerja di linimasa media sosial. Pasalnya perasaan bangga berlebihan terhadap respon orang asing seringnya diekspresikan dalam berbagai macam bentuk. Yang paling sederhana adalah membanjiri video orang asing yang “menyentil” Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan “view” (penayangan).
Modus yang jamak dilakukan adalah orang asing tersebut membuat video yang isinya memperlihatkan reaksi mereka atas suatu hal, biasanya video viral, yang berasal dari dalam negeri. Atau video yang menampilkan bule sedang mencicipi makanan khas Indonesia. Konten semacam ini laris manis mendulang spektator dari dalam negeri yang diselimuti rasa overproud.
Selama pemantauan 6 bulan ke belakang, Netray menemukan 64 video yang mengandung kata kunci “reaksi” dan “bule”. Video-video ini mendapatkan total penayangan sebanyak 4,4 juta kali, yang artinya setiap video ditonton rata-rata sebanyak 68.000 kali. Total “likes” yang dihasilkan secara keseluruhan adalah 124,3 ribu, sangat kontras apabila dibandingkan dengan “dislikes” yang hanya mengumpulkan 556 jempol ke bawah.
Demam K-pop Poles Wajah YouTube Indonesia
Popularitas budaya pop asal Korea Selatan, sedikit banyak berimbas ke demografi YouTuber yang dikonsumsi warganet Indonesia. Sejumlah YouTuber berkebangsaan Korea Selatan naik daun dan menemukan audiens di antara jutaan pengakses internet asal Indonesia. Tendensi overproud mengintai di balik riuh rendah konten-konten tentang keindonesiaan.
Beberapa YouTuber yang paling populer antara lain seperti kanal Korea Reomit milik Jang Hansol, SunnydahyeIn milik Sunny Dahye, Hari Jisun, Ujung Oppa, Han Yoo Ra, Rosakis, hingga Bandung Oppa. Pelanggan (subscriber) mereka berada di rentang antara ratusan ribu untuk yang terendah hingga jutaan bagi yang paling populer.
Kasus overproud akhirnya menyeruak dari salah satu YouTuber ini. Yakni saat Sunny Dahye diduga hanya memanfaatkan viewer Indonesia untuk “likes” dan “view” saja. Kasus yang muncul pada pertengahan tahun ini membuat Sunny sempat berhenti dari dunia per-youtube-an secara sementara. Dugaan tersebut hingga saat ini memang tidak terbukti. Akan tetapi sempat mengangkat perbincangan tentang overproud.
Penutup
Fenomena overproud pada dasarnya tidak bisa dipandang sebelah mata. Banyak yang merasa khawatir apabila keluguan pengguna internet di Indonesia pada akhirnya hanya diambil untung orang asing. Tanpa mereka benar-benar peduli dengan budaya dan identitas bangsa ini. Yang rugi pada akhirnya ya kita sendiri. Bangsa ini akan selamanya merasa inferior karena tak mampu membangun mental dan karakternya sendiri.