Djawanews.com – Viral di media sosial sebuah video yang menampilkan burung-burung pipit berjatuhan di tanah dalam keadaan basah. Peristiwa tersebut terjadi di kuburan Banjar Sema, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali.
Terkait kejadian tersebut, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali mengaku belum mendapat laporan. Diduga fenomena tersebut dipengaruhi hujan asam.
"Kalau kita bicara kondisi dan kejadian alam, bisa dikatakan, bisa saja mungkin waktu hujan itu mengandung asam yang cukup tinggi," kata Kepala Sub Bagian Tata Usaha BKSDA Bali, Prawona Meruanto, dikutip dari detik.com, Kamis, 9 September.
"Sehingga mengakibatkan burung-burung berjatuhan bisa saja seperti itu. Atau mungkin dengan sebab-sebab lain yang kita tidak ketahui sebelumnya," tambahnya.
Sementara itu Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Gianyar Made Santiarka menduga kematian burung-burung pipit rersebut karena perubahan cuaca. Namun pihaknya akan melakukan pengecekan ke laboratorium.
"Kejadian ini mungkin (karena) ada perubahan cuaca, itu diagnosis sementara. Untuk diagnosis selanjutnya kita ambil sampel dan kita cek ke lab," kata Santiarka.
Lebih lanjut Santiarka menjelaskan burung-burung tersebut merupakan jenis burung pipit yang memang hidup bergerombol. Populasi burung tersebut ternyata cukup banyak sehingga saat kena cuaca buruk berupa hujan deras akhirnya banyak yang mati.
"Karena ada pohon asem satu saja di kuburan, jadi angin numplek ke pohon ini. Karena terlalu lebat hujannya jadi kan jelas ada tekanan udara rendah. Dengan rendahnya tekanan udara, burungnya enggan lari. Dia bertahan saja diam dan basah kuyup dan itu menyebabkan dia sakit dan mati," kata dia.