Djawanews.com – Menko Polhukam Mahfud Md buka suara mengenai Pemilu 2024. Ia memastikan dirinya tak akan maju di ajang Pilpres mendatang karena mempunyai trauma politik.
Pada mulanya Mahfud mengaku sudah capek karena sudah 22 tahun berkarir dalam jabatan publik.
"Sekarang ndak lah, capek. Banyak generasi yang siap sekarang, sudah maju. Saya sudah 22 tahun, ndak, 22 tahun nih beredar di Jakarta. Rumah saya kan di Yogya. Saya 22 tahun di Jakarta terus dalam jabatan-jabatan publik," katanya Mahfud dalam acara Adu Perspektif, dikutip dari detik.com, Kamis 21 April.
Kemudian Mahfud menceritakan perjalanan karirnya di Jakarta sampai tak sempat memperhatikan pendidikan anaknya. Dia juga sempat mengomentari elektabilitasnya di survei-survei capres 2024.
"Ndak, survei itu biasanya muncul kalau dia menyatakan mau. Kalau tidak mau, apa mau di survei, siapa itu, partainya juga ndak ada," ucap Mahfud.
Lebih lanjut Mahfud mengungkapkan bahwa dia yang sekarang berbeda dengan yang dulu. Kalau dulu, meski tak punya partai, Mahfud mengaku punya jaringan-jaringan di perguruan tinggi hingga LSM.
"Dulu, ndak punya partai tapi punya jaringan-jaringan yang bisa saya pakai, di perguruan tinggi, di LSM. Negara ini harus lebih maju," katanya.
Setelah itu Mahfud ditanya apakah dia trauma karena waktu Pilpres 2019 batal jadi cawapres Jokowi di menit-menit akhir. Mahfud mengakui bahwa salah satu alasannya tak mau maju Pilpres 2024 karena trauma.
"Iya, salah satunya (karena trauma), iya. Karena, kalau kita bekerja habis-habisan seakan-akan sudah iya, tiba-tiba dibelokkan, jatuh. Wah ini berarti Tuhan ndak mau. Oleh sebab itu, orang mati-matian juga kalau Tuhan tidak merestui, ndak bisa," kata Mahfud.
Seperti diketahui, pada 2019 lalu, Mahfud pernah mengungkapkan bahwa dialah yang awalnya dipilih sebagai cawapres Jokowi, bukan Ma'ruf Amin. Namun, karena manuver politik, di detik-detik akhir menjelang pengumuman pasangan capres-cawapres usungan PDIP dan kawan-kawan, Mahfud batal dipilih sebagai cawapres Jokowi.