Dilansir dari blog.netray.id: Setidaknya 125 orang dipastikan tewas di Stadion Kanjuruhan Malang per 3 Oktober 2022 menurut Kapolri. Hal ini menjadi catatan kelam sejarah persepakbolaan Indonesia sekaligus membuka mata publik atas carut marutnya dunia sepak bola Tanah Air.
Kericuhan bermula setelah pertandingan antara Arema FC vs Persebaya berakhir dan penonton turun ke lapangan menghampiri para pemain Arema. Dikhawatirkan membuat kericuhan, pihak keamanan kemudian menghalau para penonton yang semakin riuh ikut terjun ke lapangan. Puncaknya adalah ketika pihak keamanan menembakkan gas air mata yang justru membuat keadaan semakin kacau tak terkendali.
Para penonton yang masih berada di tribun berdesakan mencari jalan keluar untuk menghindari kericuhan dan gas air mata yang bertebaran. Namun padatnya kerumunan membuat mereka kesulitan untuk keluar sehingga banyak korban berjatuhan. Selain karena penglihatan terganggu dan kekurangan oksigen akibat paparan gas air mata para korban banyak yang terinjak dan terhimpit.
Tragedi memilukan ini pun menarik perhatian publik, tak hanya di Indonesia bahkan mancanegara. Warganet pun melimpahkan duka sekaligus kekesalannya melalui media sosial dengan beragam opini, kritik dan tanggapan. Media Monitoring Netray pun mengamati laju perbincangan terkait topik ini dengan hasil sebagai berikut.
Sejak 1 Oktober 2022 sampai dengan 03 Oktober 2022 perbincangan warganet terkait topik ini mencapai 322,4 ribu cuitan. Adapun jumlah cuitan bersentimen negatif mencapai 115,6 ribu dengan jumlah impresi sebanyak 3.230,3 juta yang berpotensi menjangkau 599,7 juta akun pengguna Twitter. Selama tiga hari sejak tragedi yang mencengangkan dunia tersebut, Kanjuruhan menjadi topik hangat yang terus diperbincangkan. Tak heran jika kemudian jumlah cuitan terkait topik ini mencapai ratusan ribu.
Menurut rilis resmi Kapolri, setidaknya terdapat 448 jumlah korban termasuk di antaranya 125 korban dipastikan meninggal. Perdebatan, kecaman, komentar hingga ucapan bela sungkawa terus mengalir di lini media sosial Twitter sejak 01 Oktober 2022 sebagaimana tampak pada Gambar 2. Melalui gambar di atas tampak perbincangan warganet terus mengalami peningkatan hingga 03 Oktober 2022.
Kemudian jika diamati melalui Gambar 3 dapat ditemukan berbagai kosakata yang kerap digunakan warganet dalam perbincangan terkait Kanjuruhan, seperti investigasi, nyawa, PSSI, FIFA, dan berbagai kosakata lainnya. Tak hanya itu tagar prayforkanjuruhan juga turut menjadi tagar populer yang digunakan warganet dalam cuitannya terkait tragedi Kanjuruhan.
Melalui cuitan populer tampak cuitan terkait kronologi dari saksi mata yang berada di Kanjuruhan saat kejadian menjadi salah satu cuitan paling populer. Selain itu juga tampak kecaman terkait tembakan gas air mata dan pertanyaan terkait siapa yang bertanggung jawab pada peristiwa ini masuk dalam cuitan paling populer sejak 01–03 Oktober 2022.
Kanjuruhan kini menjadi tragedi sepak bola dunia. Akun @FCBarcelona pun turut menyampaikan ucapan belasungkawanya. Pasalnya, kerusuhan yang memakan ratusan korban jiwa di Kanjuruhan bukan merupakan bentrok antar suporter. Namun karena pengamanan berlebihan dari pihak keamanan terhadap para suporter yang turun ke lapangan hingga berujung pada tembakan gas air mata ke arah tribun.
Narasi resmi yang diumumkan oleh pihak kepolisian menyatakan penembakan gas air mata ke tribun sesuai prosedur. Padahal gas air mata dilarang oleh FIFA dalam pengamanan pertandingan sepak bola.
Tembakan gas air mata diduga menyebabkan keadaan penonton menjadi semakin kacau untuk mencari jalan keluar dari stadion. Kepolisian menyatakan pihaknya mengambil tindakan tersebut karena kekacauan selepas pertandingan. Namun hal ini justru menjadi kecaman keras dari warganet yang menilai justru tembakan gas air mata yang kemudian memperparah keadaan di Kanjuruhan.
Selepas dari tragedi yang mengerikan tersebut, warganet pun bertanya siapa yang kemudian bertanggung jawab atas peristiwa yang menewaskan ratusan korban jiwa tersebut. Warganet kemudian meminta seluruh jajaran pengurus PSSI, PT LIB, Kapolri, Kapolda, Menpora, hingga Panpel untuk mengundurkan diri sebagai bentuk respect terhadap seluruh korban tragedi Kanjuruhan.
Peristiwa yang menarik mata dunia ini pun tak lepas dari sorotan media luar negeri yang turut menyoroti kelamnya peristiwa 01 Oktober lalu. Permintaan untuk mengusut tuntas peristiwa ini pun mencuat terlebih setelah narasi pihak kepolisian yang seolah memojokkan para suporter. Padahal tembakan gas air mata yang brutal di ruang padat manusia membuat penonton berhamburan tidak terkendali. Menurut warganet hal ini merupakan pelanggaran yang berat.
Pemerintah kini membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta pada tragedi Kanjuruhan yang diketuai oleh Menko Polhukan Prof. Mahfud MD. Dibentuknya tim ini diharap dapat memberi kejelasan tentang fakta-fakta yang terjadi di Kanjuruhan dan membuat siapapun yang terlibat harus mau bertanggung jawab.
Tragedi Kanjuruhan dan Kecaman di Berbagai Media Pemberitaan
Kanjuruhan menjadi saksi atas tewasnya ratusan korban jiwa akibat pengamanan yang berlebihan sekaligus menorehkan sejarah kelam bagi sepak bola dunia. Sejak kerusuhan terjadi, media pemberitaan pun ramai menyoroti peristiwa ini. Dengan menggunakan kata kunci arema, kanjuruhan, dan malang jumlah artikel pada topik ini mencapai 9 ribu artikel.
Dari 9 ribu artikel tersebut 7 ribu di antaranya berkategori olahraga dan 938 artikel berkategori hukum. Netray memantau pemberitaan terkait persoalan ini sejak 01 Oktober sampai dengan 03 Oktober 2022. Dari pemantauan tersebut ditemukan setidaknya 127 media terlibat dalam memuat topik seputar Kanjuruhan.
Penggunaan kekuatan yang berlebih menjadi dugaan yang menguat dalam peristiwa Kanjuruhan. Hal ini disampaikan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang datang ke Malang untuk mendalami tragedi Kanjuruhan yang merenggut nyawa 125 Aremania dan 400-an suporter terluka. Pantauan awal Komnas HAM mengungkap tragedi Kanjuruhan merupakan akibat dari penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh TNI/Polri.
Komnas HAM berharap Polri dan TNI terbuka dalam penyidikan kasus ini. Sebab pada temuan awal jelas terdapat kesalahan prosedur dalam pengamanan massa. Dalam video yang mereka kantongi jelas terjadi tindakan kekerasan pada Aremania, dan paling fatal tembakan gas air mata ke arah tribun suporter.
Sebagaimana dimuat dalam laman CNN Indonesia, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa menyatakan para personel TNI yang bertindak represif terhadap suporter di Stadion Kanjuruhan bakal diproses secara hukum pidana. Menurutnya, tindakan kekerasan oleh anggota TNI kepada warga sipil merupakan hal yang berlebihan. Andika mengatakan TNI telah melakukan investigasi dan upaya hukum terkait tragedi ini. Ia menegaskan tindakan represif yang dilakukan personelnya sudah di luar kewenangan prajurit TNI.
Tak hanya itu, tokoh nasional Rizal Ramli juga mengatakan bahwa tragedi Kanjuruhan yang terjadi di Malang memperlihatkan kegagalan Polri dalam menunjukkan sisi humanisnya. Peristiwa yang terjadi usai pertandingan antara Arema FC vs Persebaya Surabaya sebetulnya bukan kali pertama kegagalan Polri dalam menjamin keamanan hajatan masyarakat. Oleh karena itu, ia berharap tragedi Kanjuruhan dapat menjadi momentum evaluasi atau pembenahan menyeluruh bagi institusi Kepolisian Republik Indonesia.
Di media sosial Twitter terdapat beberapa akun yang masuk dalam kategori tokoh populer pada topik ini, di urutan pertama tampak akun @RezqiWahyu_05. Akunnya menjadi akun paling populer pada topik ini setelah mengungkapkan kronologi peristiwa yang terjadi di Kanjuruhan. Kemudian pada kategori Top Portal tampak Suara dan Detik menjadi portal berita daring yang paling banyak menerbitkan artikel terkait tragedi Kanjuruhan.
Kanjuruhan menjadi saksi atas tewasnya ratusan korban jiwa akibat carut marut sistem yang buruk dari sepak bola Indonesia. Kanjuruhan juga menjadi peringatan untuk berbenah secara menyeluruh agar sejarah kelam ini tidak terulang kembali. Kini warganet hanya bisa mendoakan para korban dan meminta pemerintah untuk mengusut tuntas peristiwa yang memilukan tersebut sehingga siapapun yang terlibat harus bertanggung jawab.
Demikian hasil analisis Netray simak analisis terkini lainnya melalui https://analysis.netray.id/
Editor: Winda Trilatifah