Djawanews.com - Gagasan pemanfaatan energi nuklir untuk tujuan damai sesungguhnya bukan hal baru bagi Indonesia. Jejak historisnya dapat ditelusuri sejak Presiden Soekarno meletakkan batu pertama Reaktor TRIGA MARK II pada 9 April 1961 di Bandung. Sektor teknologi modern pun mulai dilirik.
Empat tahun kemudian, reaktor itu diresmikan dan digunakan untuk penelitian, pelatihan, serta produksi isotop. Dalam pidatonya, Soekarno menegaskan bahwa teknologi nuklir modern harus dimanfaatkan demi kesejahteraan rakyat, sebuah prinsip yang terus dipegang selama enam dekade berikutnya.
Pada era Presiden Soeharto, arah pengembangan nuklir semakin konkret melalui pembangunan Reaktor Kartini di Yogyakarta dan Reaktor Siwabessy di Serpong. Ketiga reaktor tersebut masih aktif hingga kini, menjadi fondasi penting untuk riset dan penguatan kapasitas sumber daya manusia.
Pemerintah saat itu juga membentuk infrastruktur pendukung mulai dari peraturan, pendidikan hingga pengembangan kawasan nuklir utama di Bandung, Yogyakarta, dan Serpong
Indonesia Memasuki Babak Baru Teknologi Nuklir Modern
Setelah sempat tertunda selama beberapa pemerintahan, arah energi nuklir kembali menguat pada era Presiden Prabowo Subianto. Pemerintah memasukkan pembangunan dua unit PLTN berkapasitas 2×250 MW dalam RUPTL 2025 sampai 2034.
Keputusan itu menandai pergeseran penting karena PLTN kini diposisikan sebagai komponen penyeimbang energi nasional, bukan lagi opsi terakhir.
Kemajuan teknologi nuklir modern generasi keempat yang menawarkan sistem keselamatan lebih tinggi menjadi dasar optimisme pemerintah. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan ESDM, Jisman Hutajulu, menekankan bahwa penerimaan publik, pembentukan NEPIO, dan pelibatan BUMN adalah tahapan penting untuk memastikan kesiapan regulasi dan operasional.
Salah satu inovasi yang kini dipertimbangkan adalah PLTN terapung. Teknologi yang telah digunakan Rusia sejak 2019 diyakini sangat cocok untuk Indonesia yang memiliki belasan ribu pulau dan banyak wilayah terpencil. Reaktor terapung seperti KLT 40S mampu beroperasi hingga 40 tahun, aman dari risiko gempa, dan dapat melakukan desalinasi air laut.
Kapasitas kompaknya dinilai relevan untuk daerah tambang, pesisir, serta kawasan dengan akses energi terbatas.
Dengan kemampuan menyediakan listrik sekaligus air bersih, PLTN terapung dianggap mampu menjawab tantangan energi sekaligus kebutuhan dasar masyarakat kepulauan. Sejumlah pakar menilai teknologi nuklir modern memungkinkan Indonesia mengembangkan hidrogen hijau serta bahan bakar sintetis, mempercepat transisi energi dan memperkuat ketahanan nasional.
Transformasi menuju teknologi nuklir modern menunjukkan bahwa Indonesia sedang memasuki era baru ketahanan energi. Kombinasi pengalaman historis, kesiapan regulasi, dan inovasi seperti PLTN terapung menjadikan peluang nuklir semakin nyata untuk menjawab kebutuhan energi masa depan.
Demikian informasi seputar perkembangan sektor teknologi nuklir modern. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Djawanews.com.