Djawanews.com – Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar Indonesia Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi melihat pentingnya penguatan kurikulum pendidikan sebagai pondasi awal untuk menangkal ekstremisme dan radikalisme sejak dini.
"Ilmu adalah esensi agama sehingga pastikan mendapat ilmu agama dari orang yang berkompeten. Rantai keilmuan adalah bagian dari agama," ujar TGB Zainul Majdi dalam webinar "Literasi Keagamaan Lintas Budaya" sebagaimana dilansir ANTARA, Jumat, 12 Agustus.
Dia menyoroti sejumlah poin untuk melawan ekstremisme dan radikalisme. Pertama intervensi dalam pendidikan. Materi-materi keislaman yang diajarkan di semua jenjang pendidikan harus disisir dari muatan-muatan ekstrem dan radikal.
Menurutnya, materi tidak boleh bermuatan ekstremisme dan intoleransi karena dalam ranah sosial, Islam mengajarkan prinsip saling mengisi, kolaborasi, dan saling memberikan yang terbaik.
"20 tahun lagi wajah anak-anak kita adalah apa yang kita tanam sebelumnya," kata dia.
Kedua, papar dia, para guru yang mengajar harus memiliki visi moderat. Ia menyoroti pendidikan di luar pesantren. Tak sedikit sekolah keagamaan yang dibangun yayasan atau kelompok tertentu yang mengejar profit saja. Akhirnya, aspek yang terkait substansi keagamaan tidak diperhatikan.
"Karena pesantren harus sudah hafal yang mengajar itu adalah orang yang diketahui kiainya. Dia (kiai) tahu bukan hanya pemahaman normatifnya tapi juga internalisasi nilai-nilai Islam dicontohkan," katanya.
Ketiga, sambung TGB, adalah akidah. Menurutnya, akidah harus dikaitkan dengan akhlak. Asmaul Husna telah mengajarkan manusia akan nilai-nilai luhur, bukan nama-nama baik bagi Sang Pencipta saja tapi harus dicerminkan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
"Bagaimana Asmaul Husna kita wujudkan dalam keseharian interaksi sosial, punya sikap yang inklusif," kata dia.
Keempat, kata dia, memperbanyak materi budaya keagamaan dalam pendidikan agama Islam di mana Islam tidak hanya norma tapi juga budaya.