Djawanews.com – Calon Wakil Presiden nomor urut 3, Mahfud MD tak ingin berspekulasi soal isi pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, pada Minggu malam, 18 Februari. Menurutnya, dalam politik segala kemungkinan bisa terjadi karena dinamikanya yang tinggi.
Hal itu disampaikan Mahfud ketika ditanya soal pertemuan tersebut dan pernyataan Jokowi setelahnya yang menyebut dirinya sebagai jembatan.
“Kemarin saya sudah bilang, itu yang tahu Pak Jokowi dan Pak Surya Paloh. Kalau saya tidak bisa menduga-duga. Semua bisa terjadi ke depan. Namanya politik dinamikanya tinggi,” kata Mahfud kepada wartawan di Mahfud MD Initiative, Senen, Jakarta Pusat.
Mahfud yakin setelah pemilu semua pihak bergerak masing-masing. Mulai dari Presiden Jokowi hingga capres nomor urut dua, Prabowo Subianto yang kekinian moncer di hasil hitung cepat atau quick count pasti punya dinamikanya sendiri.
Sehingga eks Menko Polhukam itu tak mau ambil pusing. “Itu biasa politik yang penting nomor satu negara ini selamat, itu satu. NKRI tetap menjadi rumah kita, NKRI sebagai bentuk negara,” tegas Mahfud.
Lagipula, Mahfud kini punya fokus baru yaitu menjaga jalannya demokrasi dan keadilan. “Saya sekarang concern-nya di situ,” ujarnya.
“Demokrasinya harus benar karena kalau demokrasi dimainkan itu hanya nunggu waktu untuk kacau. Karena demokrasi itu dalam sejarahnya tak bisa disumbat oleh penguasa sehebat apapun. Bisa menyumbat sebentar (penguasa, red), setahun, dua tahun tapi demokrasi kalau disumbat akan membuka jalan sendiri,” sambung eks Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Jokowi menyebut dirinya sebagai penjembatan saat ditanya soal pertemuannya Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh pada Minggu sore, 18 Februari. Hanya saja ia tak menjelaskan maksud pernyataannya itu.
“Ini baru awal-awal, nanti kalau sudah final nanti kami… Itu sebetulnya saya itu, sebetulnya hanya jadi jembatan, yang penting nanti partai-partai,” kata Jokowi di Rumah Sakit Pusat Pertahanan Negara Panglima Besar Soedirman, Jakarta Selatan, Senin 19 Februari.