Djawanews.com – Elektabilitas Prabowo Subianto menempati posisi pertama untuk kontestasi Pilpres 2024, menurut Survei terbaru Polling Institute. Bacapres dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) itu bersaing ketat dengan Bacapres PDIP Ganjar Pranowo.
Sementara itu, Bacapres Nasdem-PKB, Anies Baswedan berada di juru kunci dengan angka elektabilitas yang terpaut jauh dengan Prabowo dan Ganjar.
Survei Polling Institute dilakukan dalam rentang 21-25 Agustus 2023 terhadap 1.201 responden. Survei dilakukan dengan sambungan telepon dengan nomor telepon secara acak atau random digit dialing (RDD). Survei dilakukan dengan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen dan margin of error kurang lebih 2,9 persen.
Peneliti Polling Institute Kennedy Muslim mengatakan, dukungan untuk Prabowo semakin menguat, mengungguli nama-nama lain seperti Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.
“Dalam simulasi tiga atau dua nama, Prabowo tampak lebih mendapat dukungan publik ketimbang Ganjar atau Anies,” ujar Kennedy saat memaparkan hasil survei bertajuk "Peta Persaingan Capres-Cawapres dan Isu-Isu Terkini" secara virtual, Minggu 10 September.
Dalam simulasi tiga nama, Kennedy menjelaskan, elektabilitas Prabowo berada di angka 36,3 persen, lalu disusul Ganjar Pranowo di posisi kedua dengan elektabilitas 32,4 persen. Sementara Anies berada di posisi juru kunci dengan dukungan 20 persen.
Jumlah dukungan untuk Prabowo kian meroket dalam simulasi dua nama. Elektabilitas Prabowo menjadi 56 persen dalam simulasi dua nama, jauh mengungguli Anies yang hanya 26 persen.
Hal serupa, juga berlaku dalam simulasi dua nama antara Prabowo dan Ganjar. “Dalam simulasi ini, dukungan untuk Prabowo sebesar 47,9 persen. Sementara Ganjar hanya memperoleh 38,3 persen,” ungkap Kennedy.
Catatan Kennedy, keunggulan Prabowo juga terjadi di kelompok demografi, dibandingkan Ganjar dan Anies. Ini karena Prabowo unggul di wilayah Sumatera, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, dan Maluku-Papua. Ganjar unggul di Jawa Tengah dan Kalimantan, Sementara Anies unggul di DKI Jakarta.
Di sisi lain, peneliti politik Indonesia Havard University, Seth Soderborg mengungkapkan, keluarnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dari Koalisi Indonesia Maju tidak akan menggerus signifikan dukungan pemilih di Jawa Timur (Jatim) kepada Prabowo. PKB sempat mendukung Prabowo sebelum akhirnya bergabung dengan koalisi Partai Nasdem.
Pasalnya, kata Seth, PKB dalam setahun terakhir sebelum berpindah dukungan sempat menyosialisasikan Prabowo sebagai capres.
"PKB berbasis kiai dan kiai sudah setahun penuh sosialisasi untuk mendukung Prabowo. Akan ada beberapa yang masih tinggal sama Prabowo (selepas PKB keluar)," jelasnya.
Pertimbangan lainnya, PKB dan Nahdlatul Ulama (NU) memiliki perbedaan sikap soal Pilpres 2024. Dengan demikian, mesin PKB tidak dapat dimanfaatkan seutuhnya untuk mendukung Anies saja.
"Kalau secara penuh tidak bisa, tapi itu karena mesin partai tidak bisa dipakai penuh oleh satu capres saja karena dalam PKB dan dalam lembaga NU ada perbedaan pendapat," pungkas Seth.