Djawanews.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bertemu dengan para pemimpin Uni Eropa dan NATO di Brussel pada hari Kamis, 24 maret. Pertemuan ini dilakukan untuk membahas sejumlah masalah yang berkaitan dengan kegentingan yang terjadi di Ukraina.
Dalam konferensi persnya, Biden mengatakan bahwa invasi Rusia ke Ukraina telah membangun persatuan yang lebih besar di dalam NATO, Uni Eropa, dan kelompok ekonomi G7.
Biden mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah salah memperhitungkan tekad negara-negara Barat.
"Dia tidak berpikir kita bisa mempertahankan persekutuan ini,” kata Biden, seraya menekankan bahwa NATO "tidak pernah lebih bersatu daripada sekarang ini.”
Biden bahkan mengatakan Rusia harus dikeluarkan dari G20, pada saat yang sama dia juga menyerukan status pengamat untuk Ukraina.
Seperti diketahui G20 adalah forum antar pemerintah dari 19 negara dan Uni Eropa yang fokus pada isu-isu global utama.
Biden mengatakan bahwa dia lebih suka Rusia dikeluarkan dari grup, tetapi jika Indonesia atau negara lain tidak setuju, dia akan meminta agar para pemimpin Ukraina diizinkan untuk berbicara.
Biden juga membela tanggapan kebijakan luar negerinya terhadap invasi Rusia, setelah seorang reporter mengatakan sanksi tidak menghalangi serangan Rusia.
"Sanksi tidak pernah menghalangi,” ujar Biden.
Namun, dia yakin mempertahankan sanksi dari waktu ke waktu pada akhirnya akan membuat Rusia menghentikan invasinya.
Terkait kemungkinan keterlibatan Cina dalam konflik, Biden mengatakan bahwa dia telah bicara dengan Presiden Xi Jinping bahwa Beijing akan menghadapi konsekuensi jika membantu Moskow selama serangan berlangsung.
"Saya tidak mengancam, tetapi saya menjelaskan kepadanya – memastikan dia memahami konsekuensi dari membantu Rusia,” ujar Biden, menjelaskan isi pembicaraan dengan Xi.
"Cina memahami bahwa masa depan ekonominya jauh lebih erat dengan Barat daripada dengan Rusia.”