Djawanews.com – Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono angkat bicara soal pengubahan nama kawasan Kota Tua menjadi Batavia yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Ia mempertanyakan urgensi Anies mengubah nama tersebut.
"Urgensinya apa? Kalau ditanya urgensi, saya katakan enggak ada," ketus Gembong kepada wartawan, Selasa, 13 September.
Gembong menduga, Anies melakukan itu untuk meninggalkan warisan agar namanya tetap dikenang setelah masa jabatannya berakhir pada 16 Oktober mendatang.
"Persoalannya kan ini soal legasi. Ini jadi subjektif, karena di akhir, tentunya dia ingin mengukir sejarah, minimal sejarahnya ganti nama," ungkap Gembong.
- Sindir Keras Anies Ubah Nama Kota Tua Jadi Batavia, Gembong Warsono: Dia Mau Ukir Sejarah, Minimal …
- Anies Ubah Nama Kota Tua Jadi Batavia, Gun Romli: Kerasukan VOC, Indonesia Nanti Diubah Jadi Hindia Belanda
- Salah Anies Baswedan? Sekitar 50 Ribu Warga DKI Harus Bikin KTP Baru Usai Perubahan Nama Jalan di Jakarta
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Gerindra, Rani Mauliani memandang perubahan nama Kota Tua menjadi Batavia merupakan hak Anies sebagai kepala daerah.
"Pergantian nama itu kan kembali, hak prerogatif si gubernur. Kita lihat payung hukum seperti apa. Kalau sekadar ganti nama tapi tidak ubah ini-itu, silakan saja, sama aja kayak rumah sehat," ujar Rani.
Sebelumnya, Anies memberi nama Kota Tua menjadi Batavia. Kawasan ini, menurut Anies, akan dirancang sebagai bagian dari kota masa depan.
“Kawasan Kota Tua kita namai Kawasan Batavia. Namanya mencerminkan masa lalu tapi konsepnya mencerminkan masa depan,” kata Anies dalam pembukaan kembali Kawasan Kota Tua di Plaza Beos, Jakarta, Sabtu, 10 September.
Anies menyebut Pemprov DKI mengkonversi kawasan Kota Tua yang sebelumnya diperuntukkan kendaraan motor atau mobil menjadi untuk pejalan kaki dan pesepeda.
Anies mengatakan, sejak Februari 2021, Pemprov DKI telah menerapkan kebijakan low emission zone (zona emisi rendah) di kawasan Kota Tua sebagai upaya menciptakan kota masa depan.
“Kita ingin membangun kawasan ini sebagai satu kesatuan, di mana pejalan kaki diutamakan. Jadi jalan ke sini tidak ada strata,” ucapnya.