Sejarah PLTU di Indonesia dimulai lebih dari satu abad yang lalu.
Sejarah PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) di Indonesia sebagaimana yang dicatat Tirto, dimulai ketika didirikan perusahaan listrik yang bernama Nederlandche Indische Electriciteit Maatschappij (NIEM) pada tahun 1897.
NIEM merupakan perusahaan yang berada di bawah naungan N.V. Handelsvennootschap atau Maintz & Co, sebuah perusahaan listrik di Amsterdam, Belanda.
Sejarah PLTU di Indonesia Bermula di Gambir
Beberapa saat setelah NIEM berdiri, kemudian dibangun sebuah PLTU di tepi Sungai Ciliwung, yang berlokasi di Gambir (kini Jakarta Pusat). PLTU tersebut dapat menghasilkan kekuatan 3.200+3.000+1.350 kilowatt, dan merupakan PLTU pertama kali yang didirikan di Hindia Belanda.
Namun seiring perubahan zaman dan masyarakat semakin membutuhkan pasokan energi listrik yang lebih besar, PLTU di Gambir tersebut saat ini sudah tidak beroperasi. PLTU pertama di Hindia Belanda tersebut kini menjadi sebuah gedung PLN yang masih tetap mempertahankan desain bangunannya dengan nuansa klasik.
NIEM kemudian mulai berekspansi ke wilayah lainnya yaitu Surabaya dan mendirikan perusahaan gas Nederlandsche Indische Gas Maatschappij (NIGM). Pada tahun 1909, NIEM diberi hak untuk membangun pembangkit listrik beserta sistem distribusinya ke kota-kota besar di Pulau Jawa.
Pada tahun 1920, di Hindia Belanda kemudian dibangun kembali PLTU kedua yang berlokasi di Dayeuhkolot, Bandung. PLTU tersebut memiliki kapasitas 2×750 kilowatt dan digunakan sebagai pemancar radio ke luar negeri.
Namun, PLTU Dayeuhkolot senasib dengan PLTU Gambir yang kini sudah tidak ada. PLTU Dayeuhkolot dan PLTU Gambar mengawali sejarah kelahiran listrik di Indonesia.
Kemudian setelah tahu 1920, listrik masuk ke daerah-daerah lainnya di nusantara seperti Surabaya, Semarang, Bandung, dan beberapa daerah lainnya di Pulau Jawa.
Ketika Perang Dunia II meletus, dan Indonesia beralih tangan ke Jepang, beberapa perusahaan listrik dirusak dan diambil alih oleh Jepang. Kemudian perusahaan listrik swasta milik Belanda di Pulau Jawa berganti nama menjadi Djawa Denki Djigjo Kosja.
Namun ketika Perang Dunia II usai dan Jepang menyerah kepada sekutu Djawa Denki Djigjo Kosja, pengelolaan listrik di Indonesia diubah oleh Pemerintah Indonesia dan kemudian dibentuk Djawatan Listrik dan Gas Bumi.Sejarah PLTU dan pembangkit listrik di Indonesia memang tidak lepas dari peran penjajah pada masa itu. Namun, ketika melihat sejarah bukan berarti melihat mundur pada masa lalu, karena bagaimanapun bangsa kita dibangun atas dasar sejarah.