Djawanews.com – Pakar ekonomi senior Rizal Ramli menyebut keadaan ekonomi Indonesia saat ini lebih sulit dari krisis 1998. Ia mengatakan masyarakat sekarang terpuruk oleh kenaikan harga-harga kebutuhan pokok.
"Hari ini kondisi ekonomi rakyat sangat berat, lebih sulit dari April-Mei 1998, daya beli rakyat terus dirontokan dengan kenaikan harga-harga/tarif," kata Rizal Ramli melalui Twitter-nya, dikutip pada Kamis 28 April.
Keadaan itulah, menurutnya, yang membuat para mahasiswa dan aktivitis marah terhadap pemerintah. Sistem otoriter kembali, KKN tumbuh subur serta rezim yang pro terhadap asing.
"Mahasiswa dan civil society sebel dengan kembalinya sistim otoriter dan KKN, geopolitik menilai ini rezim Pro-Beijing. Angin perubahan sudah tiba," tutur mantan Menko Perekonomian ini.
Rizal Ramli lantas menyamakan kondisi ekonomi saat ini dengan tahun 1998. Dimana terjadi kelangkaan sejumlah bahan pokok, BBM naik, Krisis perbankan, hingga APBN alami kebocoran.
Seperti diketahui, Soeharto yang kala itu memiliki kekuatan politik akhirnya ditumbangkan oleh mahasiswa dan aktivis.
"April- May 1998: kelangkaan beras, krisis utang konglomerat, APBN bolong besar karena krisis perbankan, BBM harus naik 74%, teman-teman prodemokasi sudah ndak mau Soeharto, geopolitik juga ingin transisi Indonesia ke sistim demokratis. Akhirnya Pak Harto yg sangat kuat undur diri," kata RR.
"Ada adagium, “Perubahan itu tidak terelakan” - Change is inevitable," kata Rizal Ramli.
RR mengatakan bahwa suka atau tidak suka, kalau kondisi objektifnya sudah matang, hanya resiko perubahan yang bisa diminalisir.
"Kondisi objektif itu: krisis ekonomi sosial rakyat, krisis likwiditas dan dinamika geostrategis" tuturnya.