Dilansir dari blog.netray.id: Ancaman resesi global telah bergaung sejak beberapa waktu yang lalu. Setidaknya sejak akhir September 2022, Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani telah mengingatkan bahwa dunia akan mengalami resesi pada 2023. Bagaimana perbincangan pemberitaan di media massa online dan perbincangan di media sosial (medsos)?
Netray memantau media massa online dan medsos dengan kata kunci ancaman && resesi global, global && resesi, dan resesi dunia selama periode periode 4-11 Oktober 2022. Hasilnya isu ‘kenaikan suku bunga’ paling dominan muncul dalam pemberitaan media online di Indonesia soal resesi global.
Dalam pemantauan ditemukan sebanyak 828 berita dari 74 portal media online membahas topik resesi global sepanjang periode 4-11 Oktober 2022. Kategori Keuangan mendominasi pemberitaan sebanyak 618 berita disusul kategori Pemerintahan sebanyak 128 berita.
Meski tidak terpaut jauh, sentimen negatif lebih unggul dibandingkan dengan sentimen positif sebanyak 280 berita. Dari pantauan Netray, berita dengan sentimen negatif diwarnai oleh ramalan resesi global yang menyebabkan ekonomi dunia melambat. Puncak pemberitaan terjadi pada 11 Oktober 2022 sebanyak 267 berita membahas topik ini.
Dalam pemberitaan yang terpantau isu resesi kian menghantui kala Bos International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia bersuara. Direktur Eksekutif IMF Kristalina Georgieva menyatakan aktivitas ekonomi telah melambat di tiga ekonomi utama dunia (Eropa, Amerika Serikat, dan Cina). Ekonomi Eropa anjlok akibat harga gas alam yang tinggi. Ekonomi Cina melambat akibat kebijakan zero-COVID dan krisis di sektor perumahan. Ekonomi AS terhambat kenaikan suku bunga ke level tertinggi akibat kebijakan The Fed.
Sementara itu, Presiden Bank Dunia David Malpass menekankan soal risiko perlambatan pertumbuhan di negara maju dan depresiasi mata uang di negara-negara berkembang sehingga muncul kekhawatiran inflasi yang melonjak tinggi, seperti yang diberitakan oleh katadata.co.id dan bisnis.com.
CEO JP Morgan, perusahaan jasa keuangan asal Amerika Serikat (AS), Jamie Dimon pun meramalkan hal yang sama. Ia mengatakan ancaman yang serius terkait kemungkinan terjadinya resesi global akan terjadi pada pertengahan tahun depan. Ekonomi AS sebenarnya masih baik-baik saja, namun dampak dari lonjakan inflasi yang tidak terkendali dan suku bunga yang naik signifikan serta perang Rusia-Ukraina yang terus berlanjut dapat mendorong AS dan dunia terancam resesi dalam waktu 6 hingga 9 bulan.
Berita ramalan resesi ini akhirnya sampai juga di telinga para buruh dan pekerja di Indonesia. Seperti yang diberitakan kompas.com dan sindonews.com. Ketua Umum Partai Buruh sekaligus Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal meminta para menteri untuk tidak menyebar ketakutan bahwa resesi global memiliki dampak serius di tahun 2023 meski tak dipungkiri hal tersebut akan terjadi.
Said menekankan, seharusnya para menteri menumbuhkan optimisme dan melakukan langkah-langkah pencegahan agar tidak terjadi resesi. Untuk menghadapi hal tersebut para buruh di Indonesia akan mengadakan unjuk rasa yang terdiri dari 6 tuntutan di antaranya; tolak kenaikan harga BBM, tolak omnibuslaw (UU Cipta kerja), naikkan UMK/UMSK tahun 2023 sebesar 13 persen, tolak ancaman PHK di tengah resesi global, reforma agrarian, dan sahkan RUU PRT.
Selain itu, isu resesi ini bahkan menyebabkan harga minyak mentah dan harga batu bara anjlok. Seperti yang beritakan oleh CNBC Indonesia harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) merosot 1,6% ke US$ 91,13/barel sementara Brent 1,8% ke US$ 96.19/barel. Sedangkan harga batubara pada perdagangan akhir pekan (7/10/2022) harga batu bara turun 6,36% menjadi US$380,15 per ton.
Di balik hal-hal yang menakutkan tadi, ada secercah harapan dari Ekonom senior, Chatib Basri Indonesia tidak akan jatuh ke jurang resesi namun hanya mengalami perlambatan. Pasalnya, ekonomi Indonesia relatif stabil dengan fundamental yang kuat. Ia menambahkan ketidakpastian global akan lebih berdampak negatif terhadap negara yang berorientasi ekspor seperti Singapura. Singapura pangsa ekspornya mencapai lebih dari 200% terhadap produk domestik bruto sehingga berpotensi terkena dampak signifikan dari resesi global.
Pantauan Media Sosial Isu Ancaman Resesi Global
Dengan periode pemantauan kata kunci yang sama, Netray memantau isu resesi global di TikTok, platform video singkat yang kini semakin banyak digunakan. Terpantau sebanyak 146 akun membahas isu ini dengan total sebanyak 159 muncul di Tiktok. Isu ini terpantau meraih impresi sebanyak 1,1 juta kali.
Konten paling populer membahas isu resesi adalah akun @aabelkarimi. Akun ini menjelaskan bahwa Jokowi berpesan agar semua orang bersiap akan ada badai resesi, bahkan gelandangan di Inggris makin banyak membuat krisis makin parah. Krisis juga dialami China yang dimungkinkan bisa merembet ke negara lain. Selain itu akun ini juga memperjelas bahwa uang di Indonesia sebenarnya banyak namun tersedot di pasar keuangan seperti lembaga perbankan, pasar modal, pasar sekunder, dan pasar derivatif. Dari unggahan ini berhasil meraih 261,5 ribu likes, 2,3 ribu komentar dan dibagikan ke 6,9 ribu akun.
Akun terpopuler selanjutnya yang membahas topik ini yakni @habibanisassegaf2311. Akun itu mengunggah konten berisi tips bagaimana menghadapi resesi tahun 2023 menurut tuntunan agama Islam. Unggahan ini meraih 126,5 ribu likes, 1,9 ribu komentar dan dibagikan ke 4,8 ribu akun.
Netray juga memantau media sosial Instagram sebagai pesaing TikTok. Dengan kata kunci dan periode pemantauan yang sama tampak Instagram lebih banyak membahas isu resesi ini dibandingkan TikTok. Tercatat 426 unggah membahas isu ini. Dengan totall impresi sebesar 109,5 ribu kali kurang lebih menjangkau 10,5 juta akun.
Sentimen positif mendominasi dengan 178 unggahan. Puncak pemantauan terjadi pada 11 Oktober 2022 sejumlah 93 unggahan.
Unggahan dengan sentimen positif diwarnai dengan konten berupa tips menghadapi resesi seperti yang tampak pada akun @tentanganakofficial dan @ruangsaham.
Unggahan dari Finfolk (@finfolkmoney) menjadi terpopuler yang membahasa kata kunci resesi ini. Konten carousel ini membahas bagaimana persiapan untuk menghadapi resesi melalui pengelolaan keuangan; seperti memiliki cash flow yang kuat, diversifikasi dan memanfaatkan saham murah, mengurangi serta menghindari utang, dan mengubah kebiasaan belanja.
Konten seperti ini cukup diminati warganet tampak dari likes yang mencapai 8983 dan memiliki komentar sebanyak 141. Komentar yang masukan positif untuk menghadapi resesi muncul dari akun @zen_enginering, ia mengatakan agar kita lebih banyak membelajakan uang pada UMKM agar roda perekonomian terus berputar. Adapula komentar sarkas yang menyindir pemerintah agar terus melanjutkan pembangunan IKN bila nanti resesi melanda datang dari akun @rakhmatsuwandi.
Resesi memang tidak bisa dihindari, inflasi yang tinggi, suku bunga bank yang melesat di luar perkiraan hingga perang Rusia-Ukrania menjadi penyebab lesunya ekonomi dunia. Berita-berita fear-mongering (menakut-nakuti) mau tak mau akan terus muncul. Namun tidak dapat dipungkiri konten-konten yang mengedukasi publik soal literasi keuangan juga banyak muncul sehingga publik tidak buta arah untuk menghadapi resesi dengan penuh persiapan.
Simak analisis terkini dan mendalam lainnya di analysis.netray.id. Atau untuk melakukan pemantauan terhadap isu yang sedang berkembang secara real time dapat menggunakan percobaan gratis di netray.id.
Editor: Irwan Syambudi