Djawanews.com – Luiz Inacio Lula da Silva dilantik sebagai Presiden Brasil pada Hari Minggu, 1 Januari. Setelah resmi menjabat sebagai presiden, ia memilih untuk mencabut pelonggaran kepemilikan senjata bagi masyarakat yang diterbitkan presiden sebelumnya, Jair Bolsonaro.
Lula bersumpah akan melakukan perubahan drastis untuk menyelamatkan negara yang dilanda kelaparan, kemiskinan dan rasisme.
Rencana Presiden Lula untuk pemerintahan sangat kontras dengan empat tahun pemerintahan pendahulunya Jair Bolsonaro, yang ditandai dengan kemunduran perlindungan lingkungan di hutan hujan Amazon, undang-undang senjata yang lebih longgar, hingga perlindungan yang lebih lemah untuk masyarakat adat dan minoritas.
Presiden Lula mengatakan dia ingin mengubah Brasil, salah satu produsen makanan top dunia, menjadi negara adidaya hijau.
Dalam keputusan pertamanya sebagai presiden, Lula memulihkan wewenang badan perlindungan lingkungan pemerintah Ibama untuk memerangi deforestasi ilegal, yang telah dilemahkan oleh Bolsonaro. Ia juga mencabut tindakan yang mendorong penambangan ilegal di tanah adat yang dilindungi.
Selain itu, Presiden Lula juga mencairkan dana Amazon bernilai miliaran dolar yang dibiayai oleh Norwegia dan Jerman untuk mendukung proyek keberlanjutan, memperkuat komitmennya untuk mengakhiri deforestasi di Amazon, yang melonjak ke level tertinggi dalam 15 tahun di bawah pemerintahan Bolsonaro.
Lebih jauh, Presiden Lula juga mencabut kebijakan senjata Bolsonaro yang lebih longgar, yang mendorong peningkatan tajam kepemilikan senjata di Brasil.
"Brasil tidak menginginkan lebih banyak senjata, ia menginginkan perdamaian dan keamanan bagi rakyatnya," katanya, melansir Reuters 2 Januari.
Kemenangan pemilihan Lula menandai kembalinya politik yang menakjubkan, memenangkan masa jabatan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya setelah jeda yang membuatnya menghabiskan satu setengah tahun di balik jeruji besi.
Pada tahun-tahun sebelumnya sebagai presiden Partai Buruh (PT) dari 2003-2010, mantan pemimpin serikat pekerja mengangkat jutaan orang Brasil dari kemiskinan selama ledakan komoditas yang menopang perekonomian.
Sekarang, dia menghadapi tantangan berat untuk memperbaiki ekonomi Brasil yang stagnan, sambil juga menyatukan negara yang telah terpolarisasi dengan menyakitkan di bawah pendahulunya Jair Bolsonaro.
Lula mengatakan dia akan berhati-hati secara fiskal, tetapi memperjelas bahwa fokus utamanya adalah mengakhiri kelaparan dan mempersempit ketidaksetaraan yang merajalela.
Dia juga mengatakan bertujuan untuk meningkatkan hak-hak perempuan, serta menyerang rasisme dan warisan perbudakan Brasil.
"Ini akan menjadi ciri khas pemerintah kita," tandasnya.