Djawanews.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Ibu Negara Iriana Jokowi meninjau langsung simulasi penggunaan teknologi pesawat nirawak atau drone dalam penyebaran pupuk di Desa Telaga Sari, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Papua Selatan. Pupuk disebar ke hamparan sawah seluas 40 ribu hektare.
Turut hadir dalam simulasi tersebut, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Penyebaran pupuk menggunakan drone ini merupakan bagian dari upaya implementasi konsep pertanian pintar (smart farming).
Kepala Balai Pelatihan Pertanian Papua Selatan Roni mengatakan pertanian pintar berbasis "internet of things" (IoT) dilakukan sepenuhnya menggunakan jaringan internet.
"Untuk mewadahi itu, kita buat bahasa pemrogramannya bahasa Android sehingga bisa di handphone," kata Roni, berdasarkan keterangan resmi dari Biro Pers Sekretariat Presiden yang dilansir ANTARA, Selasa, 23 Julli.
Selain penggunaan pesawat nirawak untuk tabur pupuk, Roni juga mengatakan bahwa "smart farming" memiliki banyak manfaat nyata bagi para petani, mulai dari pengendalian jarak jauh hingga "automatic weather station" untuk mengetahui suhu udara, curah hujan, kelembapan arah angin, kecepatan angin, sinar matahari, fluktuasi, dan lainnya.
"Dengan menggunakan smart farming, kita melaksanakan kegiatan penyiraman itu ada kontrol namanya kelembapan tanah, batasnya itu 30 persen. Di bawah itu berarti tanah kering, siram. Kalau 30 persen ke atas tanah itu basah, tidak perlu disiram. Begitu juga pupuk eksekusi kita masukan ke program kita lalu bisa dieksekusi di ponsel," kata dia.
Presiden dan Iriana juga berkesempatan untuk berdialog langsung dengan petani terkait manfaat serta tantangan dalam penerapan teknologi tersebut.
Para petani pun mengapresiasi upaya kolaboratif antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan para petani dalam menjadikan teknologi sebagai solusi bagi tantangan pertanian di Papua Selatan.
Salah satu petani, Tenang Wibowo, mengaku telah merasakan perbedaan yang cukup signifikan setelah menggunakan konsep pertanian pintar. Menurut Tenang, melalui konsep pertanian tersebut, ia dan para petani lainnya mendapatkan potensi hasil pertanian yang lebih baik.
"Setelah ada kegiatan ini, kami belajar sehingga dengan ini bedanya untuk produksi lebih bagus. Kalau kami dulu satu hektare maksimal biasa cuma dapat 80-90 ikat karung, kalau dengan begini (smart farming) alhamdulillah bisa naik sampai 120-130 ikat," katanya.
Tenang juga berharap pemerintah dapat memperhatikan pompanisasi yang dinilai belum mencukupi kebutuhan para petani untuk irigasi sawah seluas 1.000 hektare lebih.