Djawanews.com – Presiden terpilih Prabowo Subianto mengucapkan terima kasih atas keputusan Partai NasDem bergabung ke dalam pemerintahannya periode 2024-2029. Ia mengaku tak masalah jika sebelumnya NasDem berada di pihak lawan dalam Pilpres 2024.
Saat diberi tahu bahwa Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh ingin bertemu untuk menyatakan dukungannya pada kepemimpinannya bersama Gibran Rakabuming Raka di periode 2024-2029, Perabowo merasa bersyukur.
Hal ini disampaikan Prabowo dalam Kongres III Partai NasDem yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC).
"Bener, Pak Surya, waktu Anda datang, saya terima kasih. Saya, ya, ndak apa-apa Anda dulu dukung Anies, ndak apa-apa," ucap Prabowo.
Prabowo juga mengucapkan terima kasih pada PKS dan PKB yang sebelumnya berada dalam Koalisi Perubahan bersama NasDem mengusung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dalam Pilpres 2024.
Dalam kontestasi pemilihan, perbedaan sikap politik merupakan hal yang biasa bagi Prabowo. Namun, setelah Pilpres 2024 usai, Prabowo mengajak mantan lawan politiknya untuk bersafu.
"PKS, ayo, terima kasih bergabung. PKB terima kasih bergabung. Jangan pergi lagi tapi. Bergabung, terima kasih. Sekarang aku nunggu mana yang mau gabung lagi," tutur Prabowo.
Prabowo juga merespons anggapan publik bahwa dirinya membangun koalisi gemuk dengan mengajak banyak partai politik untuk menjalankan pemerintahan di periode 2024-2029 bersama-sama. Prabowo menganggap hal ini bukan masalah.
"Ada yang mengatakan 'oh ini gimana? Koalisi gemuk banget'. Bangsa kita besar. Bangsa Indonesia itu sama dengan Eropa. Eropa berapa? 27 negara, 28. Kita satu negara," jelasnya.
Ketua Umum Partai Gerindra ini menilai Indonesia butuh banyak sumber daya yang bersatu membangun negara agar bisa bersaing secara global.
"Saudara-saudara persaingan bangsa-bangsa, sampai mereka mengatakan kalau elite Indonesia bisa kerja sama, can collaborate, Indonesia sangat sulit untuk dibendung," tegasnya.
Prabowo pun mengajak banyak pihak untuk berkolaborasi membangun pemerintahannya selama lima tahun ke depan. Dinamika politik yang panas seperti negara-negara barat, menurut dia, tak cocok diterapkan di Indonesia.
"Jangan kita mau ikut-ikut budaya lain, budaya barat atau budaya mana itu mungkin suka oposisi-oposisi, gontok-gontokan. Oposisi, enggak mau kerja sama, itu mungkin budaya mereka. Budaya kita, sudahlah," imbuhnya.