Keberadaan PLTU Bali ternyata tidak menakutkan seperti isu-isu yang beredar.
Pulau Bali yang merupakan ikon wisata Indonesia kini semakin darurat energi. Namun menariknya di balik semua itu, keberadaan PLTU Bali ternyata dapat membantu mengatasi permasalahan tersebut.
Krisis energi disebabkan karena tidak seimbangnya penggunaan listrik dengan ketersediaan pasokan energi. Tentu dari tahun ke tahun semakin maju perkembangan teknologi, semakin banyak juga energi yang dibutuhkan.
PLTU Bali, Apa Benar Merugikan?
Soal krisis energi di Bali, hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Seksi Teknik Energi dan Tenaga Listrik Disnaker ESDM Bali, IB Setiawan yang menyatakan jika Bali perlu mengantisipasi krisis energi yang dapat terjadi dua sampai empat tahun mendatang.
Dilansir dari jawapos.com (13/6/2019) Setiawan menyatakan jika antara tahun 2021 sampai 2023 Bali akan mengalami krisis energi. Diprediksi kebutuhan listrik di Bali pada tahun 2021 sekitar 1.500 Mega Watt (MW), sedangkan pasokan saat ini adalah 1.259 MW.
Kapasitas energi listrik di Bali terbadi dalam beberapa wilayah, berdasarkan data Koran Buleleng bersumber dari PLTDG Gilimanuk (Jembrana) 130 MW, PLTDG Pamaron (Buleleng) 80 MW, PLTDG Pesanggaran (Denpasar) 358 MW, PLTU Celukan Bawang (Buleleng) 380 MW, dan Kabel Laut (Jawa-Bali) 340 MW.
Menariknya, PLTU Celukan Bawang yang masih menggunakan batu bara operasional juga memberikan kontribusi besar terhadap pasokan energi di Bali. Tentu hal tersebut yang selama ini dikesampingkan pemerhati lingkungan yang menolak mentah-mentah adanya PLTU tanpa melihat realitas.
Krisis energi di Bali memang bukanlah isu atau wacana semata, hal tersebut dengan asumsi jika Bali masih membutuhkan pasokan energi listrik lebih besar di masa datang.
Meskipun kerja Komisi VI DPR RI (yang sebelumnya melakukan kunjungan kerja ke Celukan Bawang) menyatakan jika kondisi pasokan listrik di Bali pada saat ini masih aman.
Pasokan listrik di Bali aman, namun dengan syarat jika seluruh pembangkit listrik yang ada di Bali dalam kondisi normal. Padahal pembangkit listrik membutuhkan perawatan, dan ketika melakukannya akan memadamkan listrik. Tentu ironis, menolak pembangkit listrik yang hingga saat ini menjadi penyokong energi di Bali.
Pasokan listrik di Bali masih tetap terancam akan defisit dan terpaksa melakukan pemadaman bergilir. Hal tersebut dapat terjadi jika PLTU Celukan Bawang (atau pembangkit listrik lainnya) sewaktu-waktu melakukan pemeliharaan jaringan.
PLTU Bali dan beberapa pembangkit listrik lainnya di Bali saat ini masih tetap diandalkan masyarakat untuk menjaga ketersedian listrik. Terkait krisis energi, hal yang terdekat adalah menumbuhkan sikap hemat energi.