Bisa dibilang, PLTA adalah salah satu jalan keluar Indonesia dalam hal energi terbarukan.
PLTA adalah kunci sumber energi masa depan. Dengan jumlah wilayah perairan Indonesia yang lebih banyak daripada jumlah daratan, seharusnya Indonesia bisa memaksimalkan energi melalui PLTA. Meski begitu, Indonesia sendiri belum mampu memaksimalkan potensi kawasan perairan yang ada di Indonesia.
Meski PLTA adalah kunci energi, namun pembangunan waduk dan bendungan belum maksimal
Waduk dan bendungan sebagai salah satu kunci dalam pembangunan PLTA, nyatanya belum dibangun secara maksimal. Pembangunan waduk dan bendungan di Indonesia masih terlalu sedikit. Kurangnya waduk dan bendungan di Indonesia juga pernah disinggung oleh Presiden Jokowi.
Di akun Instagram resmi Presiden Jokowi, Kamis (21/3/2019), Presiden mengatakan bahwa tahun 2019, pemerintah telah berhasil membangun waduk. Sedikitnya 65 bendungan selesai dibangun dan sebagian lagi sedang dalam proses pembangunan.
“Nah, beberapa tahun ini, kita membangun sedikitnya 65 bendungan, sebagian sudah selesai, sebagian lain dalam pengerjaan,” tulis Presiden Joko Widodo.
Meski waduk terlihat sering dibangun di masa pemerintahannya, namun Presiden sendiri merasa bahwa jumlah tersebut masih kurang. Jumlah bendungan yang dimiliki Indonesia masih kalah jauh jika dibandingkan dengan negara lain.
Dilansir dari kompas.com, hingga awal 2015, Indonesia hanya memiliki sebanyak 231 bendungan. Bendungan tersebut dimanfaatkan dalam sektor pertanian. Itupun tidak semuanya. Dengan luas wilayah Indonesia yang luas, bendungan sebanyak itu tentu kurang. Presiden bahkan membandingkan jumlah bendungan Indonesia dan China.
“Waduk sebanyak itu untuk negeri sebesar ini hanya bisa menjangkau sekitar 11 persen wilayah pertanian. Bandingkan dengan China, mereka memiliki 110.000 waduk. Selisihnya jauuuh sekali,” tulis Jokowi.
Dengan kurangnya jumlah bendungan dan waduk di Indonesia, tentu pemaksimalan PLTA sebagai sumber energi juga belum maksimal. Namun, pemerintah terlihat mengupayakan pembangunan waduk dan bendungan. Meski pembangunan tersebut belum tentu dialamatkan sebagai PLTA.
Upaya pemerintah dalam memaksimalkan PLTA mulai terlihat dari dibangunnya PLTA Sungai Kayan. PLTA ini rencananya akan memasok kebutuhan listrik di ibu kota baru Indonesia, yaitu Kalimantan Timur. Bendungan Sungai Kayan yang akan dimanfaatkan sebagai PLTA juga digadang menjadi bendungan sekaligus PLTA terbesar di Indonesia.
PLTA Sungai Kayan sendiri dibangun di Kalimantan Utara. Sungai Kayan berhulu di Gunung Ukeng dan bermuara di Laut Sulawesi. Panjang sungai Kayan mencapai 576 Km, atau setara perjalanan Jakarta ke Semarang.
PLTA Sungai Kayan memiliki kapasaritas listrik sebesar 9.000 MW. Besarnya kapasitas yang dihasilkan akan mengalahkan Dam Pembangkit Son La milik Vietnam, yang berkapasitas 2.400 MW. PLTA Sungai Kayan juga akan mengalahkan rekor PLTA Cirata sebagai PLTA terbesar di Indonesia.
Selain PLTA Sungai Kayan, Pemerintah juga berencana mendirikan PLTA Mentarang di provinsi yang sama, Kalimantan Utara. Dilansir dari indonesia.go.id, proyek ini rencananya akan dibangun tahun 2020 dengan masa pembangunan 5-6 tahun.
PLTA adalah kunci sumber energi listrik Indonesia. Jika proyek pembangunan dan penerapan PLTA Sungai Kayan sebagai sumber energi ibu kota baru berhasil, diharapkan Pemerintah mampu membangun lebih banyak PLTA lainnya.