Djawanews.com – Keturunan Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono II (HB II), Fajar Bagoes Poetranto, sedang memperjuangkan pengembalian emas jarahan Inggris milik Kraton. Perampasan disebut pada saat Geger Sepehi. Hal ini ternyata dibenarkan oleh sejarawan kondang Peter Carey.
Sejarawan sekaligus peneliti Kraton Yogyakarta, Peter Carey, membenarkan klaim trah Sultan HB II. Namun ia menyebut bahwa bukan emas sebanyak 57 ribu ton yang dibawa Inggris dari Kraton seperti yang disebut pihak Kraton.
Dalam dialog online di kanal YouTube Historia, Rabu (5/8/2020), Peter menjelaskan bahwa saat Inggris menaklukkan Kraton Jogja, ada 800 ribu Dollar Spanyol yang berupa emas dan perak yang direbut. Uang itu digunakan untuk bonus yang diberikan kepada sisa pasukannya yang berhasil hidup.
“Tercatat 800 ribu dollar Spanyol uang emas dan perak dibawa dari Kraton untuk membayar harta karun untuk perwira yang tak tewas sebagai bagian kemenangan. Waktu itu kalau dinilai sekitar 150 ribu poundsterling atau setara sekarang 11,5 juta poundsterling. Kalau dijadikan emas saat ini setara 350 kilogram emas,” jelas Peter.
Selain itu ada pula benda berharga Kraton lain yang direbut paksa oleh Inggris yang berupa pusaka Kraton seperti keris, naskah, dan wilayah kekuasaan milik Kraton Jogja. Wilayah itu disebuy memiliki nilai yang tinggi di mata lembaga perbankan saat itu.
Peter mencontohkan tanah di Kedu, yang dibutuhkan untuk jaminan pinjaman dari bank di Kalkuta sebesar Rp3 juta Gulden. Biaya itu digunakan untuk biaya hidup Belanda yang hampir bangkrut.
“Cukup Kedu saja dan itu nilainya cukup besar,” kata Peter.
Peter tak menampik kemungkinan untuk meminta kembali harta rampasan oleh Inggris. Namun pihak Kraton harus benar-benar teliti mendata dan disertai latar belakang penelitian yang kuat. Selain itu dibutuhkan argumentasi dari sejarawan, budayawan, leluhur Kraton, kuasa hukum, dan semua harus kuat agar sampai ke pengadilan.
“Kraton harus mendata benda budaya yang jelas dan dibuktikan benar berasal dari Kraton bukan dibeli tapi dirampas. Harus riset dengan detail dan penelitian kerugian secara keuangan. 57 ribu ton emas adalah miliar dalam pounds, itu datang dari mana, sim salabim tak akan terjadi datang semua. Harus ada penelitian teliti, harus ada sesuatu tepat pada sasaran sangat jeli dengan dukungan dari hakim, lawyer, sejarawan, budayawan, leluhur Kraton agar tepat sasaran. Kalau tidak, jangan harap. Harus dipepet dan didesak dari pemerintah Indonesia dengan semua penelitian seperti ketika Keris Diponegoro yang dikembalikan kemarin,” jelas Peter Carey.