The Swedish Academy resmi menobatkan penulis Austria Peter Handke sebagai peraih Nobel Sastra untuk tahun 2019. Rencana penganugrahan akan dilangsungkan di Stockholm pada 10 Desember mendatang.
Hendke dianggap pantas mendapatkan hadiah nobel karena karyanya yang berpengaruh dengan kecerdasan linguistik yang telah megeksplorasi batas kekhususan pengalaman manusia.
“Karya-Karyanya dipenuhi dengan keinginan kuat untuk menemukan dan membuat penemuannya menjadi hidup dengan menemukan ekspresi sastra baru kata The Swedish Academy melansir The Guardian.
Hadiah nobel sastra Handke di tolak perempuan Bosnia
Kendati demikian, pemberian hadiah nobel sastra Peter Handke mendapat protes dari sejumlah perempuan yang berasal dari Srebrenica, Bosnia Herzegovina.
Pasalnya, Handke dianggap mendukung kekejaman serdadu Serbia dan pejahat perang, Slobodan Milosevich, dalam konflik di bekas wilayah Yugoslavia di era 1990-an.
Berdasarkan pemberitaan AFP yang dilansir CNN Indonesia, Kamis (7/11/2019), para perempuan Bosnia ini menggelar aksi protes di depan Kedutaan Besar Swedia di Sarajevo. Aksi itu dilakukan saat Putri Mahkota Victoria dan suaminya, Pangeran Daniel tengah melakukan kunjungan.
Para demonstran melayangkan surat protes kepada Duta Besar Swedia dan meminta mereka untuk tidak memberikan hadiah Nobel kepada Peter Handke sebab dapat mempermalukan bangsa Swedia dan peradaban.
“Kami tidak setuju dengan menganugrahi seseorang yang mendukung kejahatan dan pembantaian masal,” ujar ketua asosiasi orang tua korban pembantaian Srebrenica, Munira Subasic.
Dalam surat itu, para demonstran juga menyatakan, penganugrahan nobel sastra kepada Handke sama saja mempermalukan bangsa Bosnia.
Dalam aksinya, para pengunjuk rasa membawa poster yang berisi foto Handke yang sedang mengunjungi lokasi pembantian umat muslim di Sebrenica, setahun setelah kejadian.
Sebagai informasi, pada Juli 1995, serdadu Bosnia Serbia membantai sekitar 8000 pemuda dan lelaki muslim Bosnia di Sebrenica.
Handke dianggap telah merekayasa untuk tidak menunjukkan kebengisan serdadu Serbia melalui bukunya yang bertajuk’ A Journey to the Rvers: Justice for Serbia,’
Peter Handke juga mendapatkan kritik keras karena memberikan pidato dalam upacara penguburan Milosevich pada 2006. Ia wafat saat sedang menunggu persidang atas dugaan kejahatan gonisda dan kejahatan perang bagi kemanusiaan.
Para demonstran itu akan melakukan aksi unjuk rasa setiap pekan hingga upacara penyerahan hadiah nobel sastra pada bulan September mendatang.