Dilansir dari blog.netray.id: Lini massa Twitter ramai setelah sebuah postingan yang bernada merendahkanpenyandan gelar S.Pd (sarjana pendidikan) diunggah. Seketika unggahan itu menjadi pusat perbincangan hingga kemudian memicu pembahasan isu kesejahteraan guru.
Selama dua hari berturut-turut, kata kunci S.Pd naik turun di deretan trending Twitter Indonesia. Setidaknya ada 1,9 ribu akun yang ikut hadir dalam perbincangan topik tersebut selama periode pemantauauan Netray pada 4-10 Maret 2022.
Perbincangan topik ini didominasi oleh arah pembahasan bernada negatif, yaitu sebanyak 2,3 ribu twit atau 65% dari total 3,6 ribu twit yang ada. Adapun impresi warganet terkait isu ini mencapai 20,3 juta reaksi, baik berupa like, comment, maupun retweet. Angka ini terhitung besar untuk sebuah percakapan organik yang membahas isu nonpolitik. Artinya, isu ini termasuk menarik dan cukup krusial bagi masyarakat Twitter.
Dari pantauan media monitoring Netray, perbincangan topik ini terlihat padat pada 8-10 Maret 2022. Meskipun hampir setiap hari isu ini menghiasi linimasa Twitter, lonjakan perbincangan terjadi pada 8 Maret, khususnya sejak pukul 12 siang. Setelah ditelusuri, pada perode tersebut banyak akun yang menggunakan kata kunci spd, s.pd, dan sarjana pendidikan ketika me-reply akun @txtberseragam.
Dan benar saja, isu ini mendapat perhatian warganet setelah akun @txtberseragam mengunggah sebuah tangkapan layar berisi pernyataan seorang yang mengaku ‘abdi negara’ enggan berdampingan dengan seorang yang bergelar sarjana pendidikan atau S.Pd. Merasa kesal, warganet langsung melemparkan tanggapan bernada negatifnya ke kolom komentar akun @txtberseragam. Hingga saat artikel ini ditulis, setidaknya sudah ada 7 ribu tanggapan dari warganet dan dibagikan sebanyak 30 ribu kali.
Setelah itu, topik seputar gelar sarjana dan masalah kesejahteraan guru ramai diperbincangkan secara lebih meluas. Tidak hanya nimbrung di kolom komentar akun @txtberseragam tetapi juga di forum-forum menfess seperti @collegemenfess, @AREAJULID hingga sejumlah akun pribadi. Akun @KpopThaiLism termasuk satu di antaranya yang paling banyak mendapat impresi atau menarik interaksi ketika menyuarakan isu ini
Gejolak Isu yang Disuarakan dalam Trending S.Pd
Untuk melihat isu apa saja yang disuarakan, kita bisa mengamati deretan Top Words atau kosakata yang paling banyak muncul pada percakapan soal s.pd dan sarjana pendidikan pada Gambar 7. Selain menggarisbawahi kata guru dan abdi negara, perbincangan topik ini juga banyak menyoroti soal gaji. Kata bermuatan negatif yang paling banyak mewakili perasaan warganet ketika menyuarakan isu ini adalah merasa ‘dipandang rendah’.
Bagaimana lingkungan sekitar memandang gelar sarjana pendidikan atau secara khusus kepada guru akhirnya menjadi topik menarik yang meluaskan obrolan ini di Twitter daripada hanya sekadar soal masalah abdi negara dengan guru seperti yang jadi pemantik awal mula isu ini.
Pemantik; Seteru Abdi Negara yang Dipandang Tidak Cocok dengan Guru
Isu ini dimulai dengan kekesalan warganet soal anggapan bahwa seorang ‘abdi negara’ tidak cocok menikah dengan seorang yang bergelar ‘S.Pd’ atau sarjana pendidikan. Ini adalah kasus di luar media sosial Twitter yang dinaikkan oleh pihak ketiga. Artinya, orang yang berpendapat bahwa abdi negara tidak cocok dengan guru bukanlah warganet yang ada dalam pusaran percakapan ini atau ada wujud akun pribadinya. Karena tidak bisa diserang secara pribadi, masalah ini akhirnya menjadi kekesalan bersama.
Warganet kemudian melempar pernyataan dengan sudut pandang terbalik; guru tidak cocok menikah dengan abdi negara yang tidak berpendidikan. Dari sinilah terbentuk anggapan negatif terhadap abdi negara yang memandang rendah gelar S.Pd. Pada kasus ini, percakapan berkutat pada perbandingan antara abdi negara dengan guru. Hampir tidak ditemukan warganet yang mendukung si ‘abdi negara’.
Masalah Kesejahteraan Guru; Gaji, Beban Kerja, dan Minim Apresiasi
Merasa terpantik dengan isu soal ‘S.Pd’ yang dipandang rendah, para penyandang gelar S.Pd kemudian angkat suara. Mereka menceritakan kegetiran sebagai seorang guru yang harus menerima gaji rendah dengan segudang pekerjaan yang dibebankan. Di sisi lain, kesejahteraan guru dinilai kurang menjadi prioritas pemerintah.
Mereka merasa miris dengan lingkungan sekitar yang menganggap remeh seorang guru atau yang bergelar S.Pd. Dengan setumpuk masalah kesejahteraan yang tak kunjung dilirik pemerintah, masih bertahan menjadi guru seharusnya mendapat apresiasi yang tinggi. Jika kondisinya terus seperti ini, warganet khawatir ke depan Indonesia kekurangan tenaga pendidik karena semakin sedikit yang mau menekuni jurusan ini.
Mereka yang Realistis Pilih Banting Stir Tinggalkan Gelarnya
Pada akhirnya, mereka yang realistis memilih banting stir meninggalkan gelar sarjana pendidikan yang telah ditempuh selama kurang lebih 4 tahun tersebut. Mereka pindah haluan menjadi karyawan swasta dengan gaji dan kesejahteraan yang lebih baik. Mereka mengaku tidak menyesal mengambil jurusan pendidikan. Akan tetapi, gaji guru dirasa tidak mencukupi biaya hidup sehingga perlu mencari alternatif pekerjaan lain yang lebih menjamin.
Mereka yang Mengaku Ikhlas Bertahan Atas Nama Pengabdian
Meski tidak mendominasi perbincangan, muatan sentimen positif masih tetap ada. Adalah mereka yang mengaku ikhlas bertahan menjadi guru atas nama pengabdian. Meskipun menyadari bahwa gaji guru kecil sehingga kadang harus berjuang mencari penghasilan tambahan, sebagian warganet mengaku bersyukur bisa mencerdaskan anak Indonesia.
Demikian hasil analisis media monitoring Netray terkait isu seputar kesejahteraan sarjana pendidikan yang terangkum dalam topik trending S.Pd beberapa waktu terakhir. Simak analisis lainnya melalui https://blog.netray.id/ dan analisis mendalam Netray melalui https://medium.com/@netrayID
Editor: Irwan Syambudi