Djawanews.com – Beberapa waktu terakhir, Andre Rosiade mendapat banyak kritikan saat memimpin penggrebekan prostitusi online di Sumatera Barat pada 26 Januari 2020 lalu. Politikus Gerindra itu dinilai melakukan pencitraan dengan melakukan penggrebekan tersebut.
Tidak hanya itu, cara yang dilakukan juga dianggap tak pantas karena menempatkan wanita sebagai korban. Masalah ini juga mendapat banyak sorotan di sosial media Twitter. Pengguna Twitter ramai-ramai menggunakan tagar #PSKnya sebagai bentuk protes netizen terhadap Andre. Bahkan, tagar tersebut menjadi trending topic dan menduduki peringkat pertama.
Andre Rosiade Dianggap Sengaja Menjebak Pelaku
Menanggapi hal tersebut, Andre yang sekaligus menjadi Anggota DPR itu kemudian angkat bicara melalui Twitternya, @andre_rosiade. Dalam kicauannya, ia mengaku heran karena penggrebekan terjadi bulan lalu namun ramai bulan Februari.
“Kejadiannya tgl 26 Januari 2020. Ada Puluhan orang dan banyak Anggota Polri dilapangan. Kenapa di ributkan sekarang. Padahal Polisi sudah menetapkan TSK. Mungkin ada yg terganggu pencitraannya. Atau ini Fight back terhadap pemberantasan Maksiat di Padang,” tulis Andre.
Sebelumnya, Andre juga sempat mengunggah proses penggrebekannya bersama aparat melalui akun Twitternya pada 27 Jan 2020. Dalam video yang dia posting memperlihatkan ia bersama aparat masuk ke dalam sebuah hotel. Di dalam kamar tersebut Andre memperlihatkan sejumlah bukti dan pelaku dengan wajah disamarkan.
Perempuan PSK berinisial NN yang terjaring razia Andre telah ditangkap oleh polisi. Dikutip dari djawanews.com dari tagar.id, NN mengaku bersama seorang pria dan sempat melakukan oral sex kepada pelanggannya sebelum penggrebekan terjadi.
Namun, pria yang digrebek bersama NN ternyata menghilang. Ini yang kemudian menimbulkan kecurigaan banyak pihak. Bahkan, berembus kabar bahwa pria tersebut sengaja dibayar Andre Rosiade untuk menjebak NN.
Cara yang dilakukan Andre juga mendapat kritik dari Komisioner Komnas Perempuan. Mereka menyayangkan cara yang dilakukan Anggota DPR itu. Langkah tersebut dianggap merendahkan martabat seseorang.
“Saya pikir untuk membuktikan adanya prostitusi online tidak perlu dengan cara menggerebek gitu, itu cara memalukan dan juga merendahkan martabat orang. Kalau mau tahu prostitusi online kan bisa dengan cara penelitian atau yang tidak menimbulkan sensasional,” kata Siti Aminah menanggapi cara Andre Rosiade kepada wartawan, Rabu (5/2/).