Djawanews.com – Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra yang kini menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno menyatakan siap maju pada Pilpres 2024 jika didukung partai politik. Sandiaga menyampaikannya saat silaturahmi dengan Pengurus DPW PPP Yogyakarta, Selasa, 30 Agustus malam.
Pernyataan Sandi itu lantas mengusik elite dan kader Partai Gerindra. Bahkan ada yang menyatakan Sandi sebaiknya mundur saja dari partai besutan Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga menilai, respons tersebut mengindikasikan adanya kegelisahan kader Gerindra atas manuver Sandi. Menurutnya, manuver Sandi dapat menghalangi Prabowo Subianto untuk memenangkan kontestasi Pilpres 2024.
"Kegelisahan itu wajar karena pada Pilpres 2019, banyak emak-emak dan milenial yang sangat fanatik mendukung Sandi. Kalau Sandi ikut pada kontestasi Pilpres 2024, maka mayoritas dukungan emak-emak dan milenial akan tetap kepadanya," ujar Jamiluddin, Jumat, 2 September.
Hal itu, lanjutnya, tentu akan mengurangi dukungan kepada Prabowo. Padahal bagi Gerindra, Pilpres 2024 menjadi kesempatan terakhir bagi Prabowo untuk menggenggam impiannya menjadi presiden.
"Jadi, kalau Sandi nyapres atau cawapres diusung partai lain, maka peluang Prabowo menang akan semakin kecil. Hal itu sudah pasti tidak dikehendaki Gerindra, termasuk tentunya Prabowo sendiri," kata dia.
Menurutnya, Sandi memang punya nilai jual untuk menjadi capres atau cawapres. Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra itu disebut Jamiluddin memiliki elektabilitas yang lumayan bagus dan didukung relawan yang tersebar di pelosok tanah air.
"Bahkan jaringan yang dibentuknya pada Pilpres 2019, tinggal dihidupkan. Jaringan yang besar dan tersebar se-Indonesia menjadi kekuatan dan modal besar bagi Sandi untuk ikut Pilpres 2024," ujarnya.
Selain itu, kata Jamiluddin, Sandi juga punya kapital yang besar untuk membiayai pencapresannya. Ia tidak akan bergantung kepada para pemilik modal atau oligarki untuk membiayai kampanyenya.
"Dengan begitu, bila ia terpilih menjadi presiden atau wakil presiden akan sulit didikte oleh pemilik modal atau oligarki," katanya.
Dengan modal elektabilitas yang lumayan baik dan ditopang kapital besar, Jamiluddin menilai wajar kalau partai politik lain meliriknya. Sandi tinggal memilih partai politik mana yang akan digunakan menjadi perahunya.
"Masalahnya, apa Sandi memang serius menerima tawaran DPW PPP Yogyakarta? Kiranya itu masih perlu dikonfirmasi ulang kepadanya," ujarnya.
Sebab, tambah dia, selama ini Sandi bukanlah politisi kutu loncat. Sandi, menurutnya, termasuk politisi yang menjunjung tinggi etika.
"Jadi, kalau Sandi menerima tawaran menjadi capres atau cawapres dari partai politik lain, bisa jadi karena di Gerindra ada masalah. Tampaknya internal Gerindra perlu introspeksi diri sebelum menghujat Sandi. Hal itu lebih bijak daripada cepat menyalahkan orang lain," kata Jamiluddin.