Dilansir dari blog.netray.id: Diakui atau tidak, persebaran virus Covid-19 di Indonesia terhitung masih cukup tinggi. Program Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dirasa masih jauh dari kata maksimal. Demikian halnya mobilitas dan interaksi sosial hingga menyebabkan angka pasien Covid 19 masih terus bertambah secara signifikan. Mengetahui hal ini, Menko Marves sekaligus Koordinator PPKM Jawa-Bali Luhut Binsar Panjaitan meminta maaf kepada rakyat Indonesia karena penanganan pandemi Covid-19 di wilayah tersebut masih menyisakan banyak pekerjaan rumah.
Gestur meminta maaf secara langsung di hadapan jutaan pasang mata publik semacam ini terbilang masih sangat jarang dilakukan oleh politisi atau pejabat nasional. Berbeda halnya dengan di luar negeri, hal semacam ini sudah cukup sering dilakukan. Seperti permintaan maaf dari Bill Clinton ketika ketahuan selingkuh atau Rodrigo Duterte yang berkata kasar kepada Barack Obama. Namun publik dalam negeri sudah sangat terbiasa melihat orang-orang besar tersebut melenggang santai di depan sebuah permasalahan tanpa terlihat ada tanda-tanda kalau mereka merasa bersalah.
Sebagai media monitoring Netray sempat memantau sosok Luhut dalam bentuk peneropongan eksistensi di sosial media dan pemberitaan media massa. Hasilnya bisa dilihat di sini. Dengan adanya isu permintaan maaf Luhut belum lama ini dilakukan, Netray kembali memantau perbincangan warganet di linimasa Twitter. Tujuannya adalah untuk melihat bagaimana rupa perbincangan warganet kala mendengar permintaan maaf tersebut. Simak pemaparannya di bawah ini.
Statistik Pemantauan Linimasa Twitter dalam Isu Permintaan Maaf Luhut
Pemantauan perbincangan warganet dengan topik permintaan maaf Luhut dilakukan menggunakan kata kunci “maaf” dan “luhut”. Periode pemantauan diambil mulai dari tanggal 15 Juli hingga 21 Juli 2021. Netray menemukan paling tidak 4,604 twit yang diunggah warganet. Jumlah ini tergolong cukup banyak meskipun belum menempatkan topik permintaan maaf Luhut sebagai trending topic.
Rendahnya animo masyarakat dunia maya dalam merespon twit terangkum ke dalam impresi perbincangan. Netray hanya menemukan 2,9 juta kali interaksi sebagai agregasi antara reply, retweet, dan favorites. Tetapi bukan berarti topik ini tidak menarik untuk disimak. Seperti yang disebutkan di awal tulisan bahwa berita permintaan maaf dari pejabat publik masih tergolong sangat baru bagi masyarakat Indonesia. Ada kemungkinan masyarakat masih belum begitu paham bagaimana merespon isu tersebut.
Twit yang mengandung kata kunci tersebut secara potensial dapat menjangkau 97,7 juta akun Twitter. Artinya memang berada dalam ruang-ruang perbincangan yang potensial. Diperkuat lagi dengan trend sentimen yang menunjukan angka yang tak begitu timpang. Yakni antara 1.106 twit dengan sentimen positif dan 2.656 twit terindeks ditulis dengan sentimen negatif.
Dari grafik Sentiment Trend juga terlihat bahwa pada masa-masa awal kata kunci ini menanjak perbincangan terlebih dahulu dikuasai sentimen positif. Baru sehari setelahnya didominasi oleh sentimen negatif. Bagaimana data-data ini terepresentasi dalam twit warganet? Simak lanjutan hasil pemantauan wacana permintaan maaf Luhut berikut ini.
Meminta Maaf Bukti Luhut Ksatria
Jika mengamati tabel Top Words secara sekilas saja, terlihat sejumlah istilah yang menarik untuk ditelusuri lebih dalam lagi. Seperti kata “ksatria”, “diapresiasi”, “sportif”, “gagal”, dan “mundur”. Istilah-istilah tersebut merujuk pada penilaian warganet Twitter terhadap kinerja Luhut kala mengkoordinir penerapan PPKM. Sejumlah istilah merujuk pada sentimen positif antara lain “ksatria”, “diapresiasi”, dan “sportif”. Sedangkan sisanya, seperti “gagal”, dan “mundur”, merepresentasi opini warganet dengan elemen sentimen negatif.
Twit dari figur pendukung pemerintah seperti @Ferdinandhaean3 menilai apa yang terjadi saat ini bukanlah suatu kegagalan dalam mengelola. Melainkan lebih tepatnya Luhut belum bisa memenuhi harapan dan ekspektasi semua pihak dan dengan sikap ksatria mau meminta maaf kepada masyarakat. Begitu pula yang dituliskan oleh @totokpoer bahwa permintaan maaf Luhut merupakan sikap ksatria.
Apakah Luhut Layak Diapresiasi?
Pada asumsi awal, istilah “diapresiasi” merupakan cerminan dari pendapat warganet yang memiliki sentimen positif. Mudah untuk membayangkan bahwa tindakan meminta maaf dari pejabat publik saat melakukan kesalahan patut mendapatkan apresiasi. Akan tetapi setelah Netray telusuri lebih lanjut lagi justru hasilnya berbeda. Istilah tersebut justru dipenuhi dengan twit bersentimen negatif.
Memang tidak ada salahnya memberi apresiasi terhadap permintaan maaf Luhut, tetapi seperti yang diungkapkan oleh Farid Gaban di @faridgaban yang merasa tidak bisa menangkap esensi dari permintaan maaf Luhut. Apakah permintaan maaf tersebut untuk kegagalan mengoptimalkan PPKM? Gagal mencegah kolapsnya sistem kesehatan? Atau gagal menyelamatkan nyawa banyak warga? Sedangkan akun @PartaiSocmed khawatir bahwa permintaan maaf ini hanya sementara saja dan kerusakan yang sudah ditimbulkan sudah terlalu besar untuk sekadar mendapat apresiasi.
Luhut Belum Meminta Maaf dan Seruan Mundur
Akun milik budayawan Sudjiwo Tedjo di @sudjiwotedjo menjadi leader dalam sentimen negatif terhadap topik perbincangan. Memang dalam daftar Top Accounts, akun @pengwinningg menempati posisi tertinggi dan juga terindeks bersentimen negatif. Akan tetapi setelah diteliti twit dari @pengwinningg adalah video meme pendek tentang permintaan maaf. Sehingga tidak bisa dinilai sebagai opini negatif. Sudjiwo Tedjo membuat serangkaian twit yang secara garis besar menyebut bahwa Luhut belum meminta maaf apabila dilihat dari bahasa yang ia gunakan.
Kritik yang lebih ekstrim juga disampaikan oleh warganet seperti @UyokBack, @IMCMushroom, dan @KetumProDEMnew. Bisa jadi mereka ini merupakan figur-figur oposisi pemerintah, sehingga mereka meminta siapa saja yang bertanggung jawab atas kebijakan PPKM untuk mundur. Mulai dari Luhut hingga ke Presiden Joko Widodo. Twit dari @UyokBack bahkan mendapat impresi sebesar 5.044 kali interaksi dari warganet dan menempatkannya pada posisi 4 besar di grafik Top Accounts.
Penutup
Sebagai hal yang masih sangat baru dalam politik dan pemerintahan Indonesia, aksi meminta maaf Luhut Pandjaitan tampaknya belum mencapai ekspektasi seperti yang diharapkan. Terbukti bahwa tindakan tersebut belum bisa meredam rasa kecewa warganet terhadap penerapan kebijakan PPKM dan penanganan pandemi secara umum. Bahkan permintaan maaf tersebut dinilai masing setengah-setengah kecuali dibuktikan dengan kebijakan yang lebih progresif dari pemerintah.