Djawanews.com – Pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia, Paus Leo XIV mendesak terciptanya perdamaian di Timur Tengah seraya memperingatkan bahaya eskalasi konflik yang tak terkendali.
Seruan ini disampaikan menyusul serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas nuklir Iran dan serangan balasan Teheran ke kota-kota Israel.
“Kita harus menghentikan tragedi perang sebelum menjadi ‘jurang’ yang tidak dapat diperbaiki,” kata, Paus Leo XIV Minggu.
Menyebut situasi di Timur Tengah mengkhawatirkan, ia memperingatkan bahwa penderitaan warga sipil—khususnya di Gaza dan zona konflik lainnya—berisiko dilupakan di tengah eskalasi konflik.
"Saat ini, lebih dari sebelumnya, umat manusia berteriak dan memohon perdamaian," katanya.
Ia mendesak agar seruan ini ditanggapi dengan tanggung jawab dan akal sehat, daripada “tenggelam oleh deru senjata dan retorika yang memicu konflik."
Paus memperingatkan bahwa kekerasan yang terus berlanjut dapat mengarah ke titik yang tidak bisa kembali dipulihkan.
"Tidak ada perang yang jauh ketika martabat manusia dipertaruhkan," katanya.
"Perang tidak menyelesaikan masalah. Perang justru memperbesar masalah dan menimbulkan luka yang dalam dalam sejarah masyarakat—luka yang membutuhkan waktu beberapa generasi untuk bisa disembuhkan,” ujar dia, menambahkan.
Leo XIV menekankan bahwa tidak ada kemenangan militer yang dapat mengalahkan rasa sakit para ibu yang berduka, ketakutan yang dialami anak-anak, dan masa depan kaum muda yang dicuri.
"Biarkan diplomasi membungkam senjata. Biarkan negara-negara memetakan masa depan mereka melalui tindakan damai, bukan kekerasan dan konflik berdarah,” tuturnya.
Ia mengakhiri seruannya dengan meminta masyarakat internasional untuk ikut bertindak tegas dalam menyikapi krisis ini.
"Setiap orang, terutama mereka yang memiliki tanggung jawab, dipanggil untuk mencegah umat manusia berjalan di jalan yang tidak bisa diperbaiki,” katanya.
Ketegangan di Timur Tengah semakin meningkat setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa pasukannya telah melancarkan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir Iran yang terletak di Fordow, Natanz, dan Esfahan, pada Sabtu malam (21/6).
Pasca pengumuman Trump, Iran meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengadakan pertemuan darurat guna mengutuk serangan AS dan meminta pertanggungjawaban pihak-pihak yang dianggap melanggar hukum internasional.
Konflik terbaru di kawasan itu pecah pada 13 Juni ketika Israel melancarkan serangan udara di beberapa lokasi di Iran, termasuk fasilitas militer dan nuklir, yang mendorong Teheran untuk melancarkan serangan balasan.
Otoritas Israel mengatakan sedikitnya 25 korban tewas dan ratusan orang lainnya luka-luka akibat serangan rudal Iran sejak saat itu.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Iran melaporkan 430 korban tewas dan lebih dari 3.500 orang terluka akibat serangan Israel.