Djawanews.com – Nuzulul Qur’an atau peristiwa turunnya Alquran diperingati setiap tahun pada bulan Ramadlan. Peringatan ini menjadi momentum untuk mengajak masyarakat memperbarui komitmen pada Alquran sebagai pedoman umat Islam.
“Alquran dari 1400 tahun yang lalu hingga hari ini masih tetap sama, terjaga keotentikannya. Menjadi mukjizat yang istimewa. Jika mukjizat lain akan hilang bersama rasul pemiliknya, Alquran tetap terjaga bersama umat hingga hari ini. Maka yang perlu diperbarui adalah paradigma kita dalam memperlakukan Alquran,” kata anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A. dalam acara peringatan Nuzulul Quran di Masjid Muslimat, Krapyak Kulon, Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, pada hari Rabu, 27 Maret.
Menurut pria yang akrab disapa Gus Hilmy tersebut, paradigma yang pertama adalah cara pemaknaan yang disesuaikan dengan konteks peradaban manusia. Dengan cara demikian, katanya, Alquran akan mampu menjawab persoalan masyarakat hari ini sekaligus mensucikan jiwa-jiwa para pengikut dan pembacanya. Hal ini menurutnya yang membuktikan bahwa Alquran tidak hanya kalamullah atau kitabullah, tetapi juga kitabul insan (kitab manusia), artinya kitab yang dimaksudkan sebagai pedoman manusia dalam kehidupan sehari-hari.
“Alquran itu suci, yang memegangnya harus bersuci, maka Alquran bisa mensucikan jiwa manusia,” ujar salah satu pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta tersebut.
Selanjutnya, memperkuat paradigma terhadap Alquran, Gus Hilmy mengajak masyarakat untuk memperbarui komitmennya terhadap Alquran. Sebab, menurutnya, kondisi zaman sekarang membuka celah lebar manusia jauh dari kita suci agamanya.
“Alquran jangan hanya diperingati setiap tahun. Konsekuensi dari peringatan itu adalah kita harus berkomitmen untuk tidak lagi berjauhan, apalagi sampai meninggalkan Alquran dalam kehidupan sehari-hari. Kalau tidak tahu, ya bertanya. Kalau tidak tahu kok diam saja, kita akan jadi semakin jauh dari Alquran,” jelas Senator asal D.I. Yogyakarta tersebut.
Padahal, menurut Gus Hilmy, Alquran menyediakan jawaban atas berbagai persoalan kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, menjauhi Alquran adalah menjauhi jawaban atas persoalan hidup, dan mendekati Alquran adalah cara untuk selamat.
Peringatan Nuzulul Quran secara nasional, menurut anggota MUI Pusat tersebut, hanya terjadi di Indonesia. Kalau ada negara lain, hanya Malaysia dan Brunei Darussalam, tetapi gebyarnya tidak seperti di Indonesia.
“Nuzulul Quran diperingati ya hanya di Indonesia. Di Arab tidak ada, paling di negara tetangga, Malaysia dan Brunei. Mengenai peringatannya tepat pada tanggal 17 Ramadhan, ini merupakan ijtihad dari Presiden IR. Soekarno, yang tanggalnya disesuaikan dengan hari kemerdekaan kita, 17 Agustus.” terang Gus Hilmy.
Selain terkait Gus Hilmy kunjungi VOI.id untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.