Dilansir dari blog.netray.id: Sebagian besar warga Indonesia paham jika seseorang tampil di acara podcast Deddy Corbuzier, biasanya orang itu kalau tidak sedang viral yang bakal jadi trending. Sebagai tokoh penting di pemerintahan, Luhut Binsar Pandjaitan tentu tak pernah jauh dari mikrofon wartawan. Kadang namanya sangat sering muncul di pemberitaan karena sedang menangani masalah tertentu, kadang pula hanya dimintai pendapat atas situasi bangsa terkini. Kehadirannya di acara bincang-bincang empat mata tersebut tak lain hanya akan membuat nama Luhut masuk ke jajaran topik pembicaraan publik nasional yang sedang melambung dalam jangka waktu tertentu.
Berbekal situasi ini, Netray Media Monitoring mencoba memantau eksistensi Luhut Binsar Pandjaitan di ranah publik. Netray sudah melakukan pemantauan semacam ini untuk sosok Firli Bahuri dan Ganjar Pranowo. Melalui rubrik pemantauan eksistensi tersebut, Netray ingin memberi gambaran seperti apa nama atau sosok seseorang berdampak terhadap diskursus publik selama periode tertentu. Secara lebih detail Netray ingin mencari tahu dalam isu apa saja mereka terlibat, persepsi media massa, hingga sentimen warganet. Simak selengkapnya.
Biografi Opung Luhut, Purnawirawan Tentara yang Kenyang Jabatan Publik
Sebelum melihat bagaimana eksistensi Luhut Binsar Pandjaitan baik di media massa maupun di sosial media, ada baiknya terlebih dahulu mengenal sosok pribadinya. Saat ini Luhut Panjaitan, atau yang kerap disapa Opung Luhut, menjabat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi di dalam kabinet Joko Widodo jilid II. Karirnya di pemerintahan pusat terbilang sudah banyak pengalaman. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, dan Menteri Perdagangan.
Meskipun kerap menduduki jabatan sipil, latar belakang Opung Luhut adalah seorang tentara dari satuan infanteri (Kopassus). Pangkat terakhirnya adalah Jenderal TNI Bintang Empat, sebuah karir militer yang ia jalani sejak masuk Akabri di tahun 1967 dan lulus pada tahun 1970 dengan predikat terbaik. Peran Opung sebagai abdi negara terhitung sangat ciamik dengan sejuta torehan prestasi. Luhut tercatat pernah mengikuti Operasi Seroja dan menjabat Komandan Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat (Kodiklat TNI AD) pada tahun 1997–1998.
Jabatan Kodiklat TNI AD menjadi jabatan terakhirnya di dunia militer. Pasca Reformasi, ia mendapat mandat dari Presiden Habibie guna menjadi duta besar Indonesia untuk Singapura. Dari sinilah karir Luhut Pandjaitan di jabatan sipil pemerintahan mulai menapak. Sebagai duta besar, Luhut dinilai berhasil memperbaiki hubungan diplomasi Indonesia-Singapura yang sempat meregang.
Sepulang dari Singapura, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memintanya mengisi posisi Menteri Perindustrian dan Perdagangan yang hanya ia duduki selama satu tahun. Luhut sempat ditawari untuk melanjutkan jabatannya oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pasca lengsernya Gus Dur. Tetapi ia menolak dengan alasan menjaga etika karena yang mengangkat dia menjadi menteri adalah Gus Dur.
Luhut sempat vakum dari jabatan publik dan lantas fokus mengembangkan bisnis serta kompetensi manajerialnya. Ia tercatat telah mendapat gelar Magister Administrasi Publik dari Universitas George Washington di Amerika Serikat. Tahun 2004, eksistensi Luhut di dunia usaha mulai terasa setelah merintis usaha di bidang energi dan pertambangan melalui PT Toba Sejahtra Group. Sepuluh tahun sejak saat itu, Luhut kembali ke pemerintahan setelah Joko Widodo terpilih menjadi presiden di tahun 2014. Jokowi meminangnya sebagai Kepala Staf Kepresidenan RI untuk periode 2014-2019.
Belum genap satu tahun menjabat posisi tersebut, Presiden Joko Widodo mengangkat Luhut menjadi Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) menggantikan Tedjo Edhy Purdijatno. Setahun kemudian, pada perombakan kabinet berikutnya, ia dilantik menjadi Menko Maritim dan Sumber Daya untuk periode 2016-2019. Sedangkan pada kabinet Jokowi yang kedua, ia diangkat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Presiden Joko Widodo terkesan sangat mempercayai kapabilitasnya hingga sempat dua kali merangkap jabatan menteri secara ad interim. Yakni saat Budi Karya Sumadi dan Edhy Prabowo diberhentikan presiden sebagai Menteri Perhubungan dan Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia pada tahun 2020. Selain itu, eksistensi Luhut di masa pandemi dapat ditemukan saat ia menjadi Ketua Satgas Penanganan Covid-19 dan bahkan saat ini menjabat sebagai Koordinator PPKM Darurat.
Eksistensi Luhut dalam Linimasa Media Sosial Twitter
Karena sosok Luhut sempat ramai dibicarakan oleh khalayak publik, Netray Media Monitoring lantas memantau linimasa Twitter. Hasilnya ditemukan 39.674 total tweet selama periode 12 Juni 2021 – 11 Juli 2021. Sebanyak 3.974 tweet merupakan cuitan dengan sentimen positif, sedangkan 15.131 lainnya merupakan tweet dengan sentimen negatif. Seluruh tweet ini membentuk semesta pembicaraan yang mendatangkan respon sebesar 31.097.714 impresi. Sedangkan kata kunci luhut disinyalir secara potensial dapat menjangkau 139.714.830 pengguna Twitter.
Menelusuri Perbincangan Warganet Twitter
Dari hasil rangkuman Netray sebelumnya, terlihat tweet dengan sentimen negatif lebih banyak mengisi perbincangan terkait Luhut Pandjaitan. Netray menemukan sejumlah akun yang paling banyak menyumbang impresi untuk masing-masing sentimen. Daftar tersebut diambil dari diagram Top Accounts yang menunjukan 10 akun terbanyak mengumpulkan respon warganet. Akun Twitter laman media massa Gelora News, @geloraco membagikan tautan dari artikel yang mereka terbitkan.
Luhut mendapat sentimen negatif karena berita dari Gelora News membahas gugatan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) se-Jawa yang menilai Luhut tidak pantas menjadi Koordinator PPKM Darurat. Akun media massa Oposisi Cerdas di @OposisiCerdas juga membahas isu yang serupa untuk sentimen negatif. Terdapat pula artikel tentang sindiran Susi Pudjiastuti terkait pengumuman razia pemerintah terhadap penimbun obat yang diumumkan 3 hari sebelumnya. Tentu saja para penimbun akan menyembunyikan obat tersebut di tempat lain begitu berita tersebar.
Sedangkan oposisi pemerintah dari figur politisi, muncul nama Fadli Zon yang mengkritik pemerintah karena dinilai tidak menindaklanjuti isu masuknya TKA dari Tiongkok. Melalui akun pribadi @fadlizon ini, politisi yang kerap bersuara lantang ini menyebut pemerintah sedang memamerkan arogansi kekuasaan ketika meminta publik tidak membahas isu ini. Wacana serupa juga disuarakan akun @democrazymedia yang membuat tulisan tentang kekecewaan aktivis PB SEMMI yang gagal bertemu Luhut.
Sentimen Warganet
Tweet dengan sentimen negatif terpopuler selanjutnya datang dari akun resmi milik media massa daring nasional antara lain Tempo dan Detik. Tweet mereka menyoroti masalah penanggulangan pandemi seperti tudingan pemerintah membohongi rakyat, pernyataan situasi semakin parah dari Luhut sendiri, dan isi podcastnya bersama Deddy Corbuzier. Itu tadi sejumlah wacana yang menghasilkan sentimen negatif bagi eksistensi Luhut di linimasa Twitter.
Lantas bagaimana dengan keberadaan sentimen positif hasil pemantauan Netray? Hanya dengan total impresi sebesar 3.000-an saja, tak banyak ditemukan tweet yang berdampak besar pada linimasa. Sejauh peneropongan Netray, tweet dari @Andiarief__, @eedhazz99, @FerdinandHaean33, dan @qronoz yang memiliki sentimen positif. Itupun tidak mendapat impresi yang banyak dari warganet. Sisanya datang dari akun Twitter media massa online seperti Tempo Online.
Melacak Eksistensi Luhut dalam Pemberitaan Media Massa
Beralih ke pemantauan eksistensi Luhut dalam pemberitaan media massa. Selama periode pengumpulan data, terdapat 2,509 artikel yang mengandung kata kunci. Artikel-artikel ini diterbitkan oleh 114 media massa daring baik nasional maupun lokal. Sedikitnya 1.150 artikel dalam kategori pemberitaan Health & Lifestyle menyinggung nama Luhut di dalamnya. 871 artikel kategori Government dan 166 berita di kategori Finance & Insurance. Sisanya tersebar di berbagai macam kategori.
Top Entities
Sebelum masuk ke pembahasan persepsi dan wacana media massa melalui fitur sentiment analysis Netray, akan terlebih dahulu dipaparkan hasil ekstraksi entitas. Secara total, Netray berhasil mengekstrak sebanyak 15,3 ribu entitas yang tersebar dalam sejumlah kategori. Untuk kategori Top People terdapat nama Presiden Joko Widodo, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, tentu saja selain nama Luhut Pandjaitan sendiri.
Kementerian Kesehatan menjadi organisasi yang paling banyak disebut oleh media massa dari daftar Top Organizations. Disusul dengan Kepolisian Republik Indonesia. Kedua organisasi ini kerap mengisi liputan media massa karena berhubungan dengan pandemi Covid-19 dan kebijakan PPKM Darurat guna menekan laju penularan virus. Selanjutnya muncul organisasi TNI dan Kementerian Perindustrian. Permasalahan kelangkaan oksigen untuk pasien Covid menjadi perhatian pemerintah. Luhut minta stok oksigen industri dikonversi untuk kebutuhan medis.
Berita Bersentimen Positif
Berbeda dengan sentimen di sosial media, eksistensi Luhut Pandjaitan terlihat cenderung lebih banyak bersentimen positif daripada negatif. Dengan total 1.280 artikel yang ditulis dengan sentimen positif. Sebagian besar artikel tentu saja membahas situasi pandemi dan bagaimana sikap serta kebijakan pemerintah. Seperti penetapan aturan PPKM beserta sanksi, rencana pemberian bansos, dan upaya pengadaan tabung oksigen medis. Sentimen positif dari artikel yang ditulis media massa sedikit banyak berpengaruh pada persepsi publik terhadap sosok Luhut Binsar Pandjaitan.
Berita Bersentimen Negatif
Netray mendapati hanya 589 artikel saja yang memiliki sentimen negatif. Meskipun begitu, urgensi masalah yang diangkat oleh media massa dalam beritanya tidak bisa diabaikan begitu saja. Dalam situasi pandemi saat ini, wacana kelangkaan obat, oksigen medis, penerapan PPKM, dan hubungan industrial menjadi perhatian Menko Marves Luhut Pandjaitan. Media asing bahkan mulai menyoroti lonjakan kasus penularan di Indonesia. Imbas kondisi ini disinyalir sampai ke ranah ekonomi. Tetapi Luhut menampik tafsiran bahwa perekonomian Indonesia sedang merosot. Berdasarkan data yang ia miliki, justru perekonomian masih dalam koridor pemulihan. Bagi yang tidak percaya bisa menemuinya untuk melihat data yang ada.