Djawanews.com – Rabu Senja 24 Mei 2023 di kompleks ndalem Pujokusuman Mergangsan Yogyakarta, terlantun syahdu Sekar Mijil. Tembang jawa karya Ki Siswobronto ini menggambarkan tentang kota Jogja sebagai kota yang mendapatkan berkah sebagai pusat budaya Jawa. Semestinya menjadi tanggungjawab kita generasi muda untuk melestarikannya. Tembang ini juga membawa pesan semangat melestarikan macapat yang mengandung makna kebaikan.
Gelar Macapat Senja ini berupaya mendekatkan tradisi turun temurun kepada generasi penerus. Tembang Macapat yang sudah jarang didendangkan di keseharian masyarakat Yogyakarta kembali didekatkan ke tengah lingkungan sosial mereka. Agenda ini dikemas kreatif inovatif dan kekinian sesuai selera anak muda. Menampilkan pelaku seni macapat dari generasi muda dengan format ramuan antara kekunoan dan kekinian.
Macapat Senja diawali dengan permainan (game) menyusun kata untuk tembang macapat yang diikuti oleh anak-anak Kampung Pujokusuman. Permainan tebak kata serta menyusun kalimat untuk tembang ini dilakukan di sela los pedagang pasar Pujokusuman. Mereka menyusun kata dari lisan keseharian yang didengar, lalu dirangkai menjadi kalimat dan tembang yang mengandung makna kebaikan.
Ada juga permainan jemparingan tebak tembang yang membidik salah satu tembang bentuk tembang macapat. Ada mijil, sinom, kinanthi, asmaradana, dll, yang diikuti oleh anak-anak. Terasa antusias dan semangat mereka untuk terlibat dalam permainan ini.
Gelar macapat Senja ditutup dengan pertunjukan tembang macapat oleh Tim Kompetisi Bahasa Sastra Yogyakarta berkolaborasi dengan Macapath Project. Pada saat yang bersamaan tampil beberapa penari dari Sanggar Kinanti Sekar menghangatkan senja di Pujokusuman. Harmoni tembang macapat dan gemulai lekuk tubuh penari dengan selendang putihnya, menghanyutkan penonton menikmati Senja di Pujokusuman. Penonton pun ikut berjoget bersama.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, S.Sos., M.M memberikan apresiasi terhadap generasi muda Pujokusuman yang berkolaborasi dengan seluruh pelaku seni Macapat pada senja itu. Ia berharap tradisi bermacapat kembali hidup di tengah keseharian masyarakat Kota Yogyakarta, terutama pada generasi muda.
"Acara pada sore hari ini, sangat kreatif dan cukup inovatif. Tradisi macapat tampil lentur menyesuaikan selera anak muda. Tradisi tata aturan kuno Macapat yang tidak boleh ditinggalkan seperti: pupuh, titi laras, gatra, wilangan wanda, dan pedhotan, tetap ditaati. Namun Macapat Senja kali ini dapat dikemas ala kekinian," kata Yetti dalam sambutannya.
Felmi Febrianto Hartono, tim kreatif Macapat Senja mengajak kembali anak-anak muda agar mau menembangkan lagi syair-syair yang mengandung nilai dakwah. "Sebuah program yang bagus dari Dinas Kebudayaan agar anak muda Jogja tidak kehilangan tradisinya".
Sementara tim kreatif lainnya, Paksi Raras Alit akan terus berupaya melakukan inovasi untuk melestarikan macapat bersama generasi muda. "Kami membuat permainan edukasi yang menarik agar generasi muda terus tertarik," ujarnya.