Djawanews.com – Forum Keberagaman Budaya Yogyakarta (FKBY) mengadakan Laku Lampah Ratri pada Rabu Pon (12/4) dari Titik Berangkat halaman parkir gedung DPRD DIJ menuju ke Selatan sampai Titik Nol Km Kota Jogja.
Lampah Ratri ini selain menjadi sebuah "Laku Budaya, dan Laku Spiritual" adalah juga merupakan ekspresi "Laku Keprihatinan" atas hampir runtuhnya Kedaulatan Kebudayaan di Kawasan Sumbu Filosofi Jogjakarta.
Dengan hening membisu, para pelaku juga mengenakan pakaian adat Jogjakarta yang juga sebagian akan memakai baju dengan nuansa lokal sesuai budaya masing-masing entah itu gaya klasik atau kontemporer.
Salah satu perwakilan dari Koperasi Seniman dan Budayawan Jogjakarta (KOSETA), Sigit Sugito mengatakan, bahwa Jiwa Malioboro pada hakikatnya merupakan salah satu manifestasi tekad dan filosofi Jogjakarta untuk senantiasa menjaga harmoni antar elemen - elemen kebudayaan yang ada.
"Sifat dalam harmoni demikian tidak untuk saling menghilangkan atau menonjolkan diri namun adalah adanya keselarasan berbagai elemen kebudayaan yang ada, sehingga dalam hal berkebudayaan, kebudayaan Nasional adalah puncak-puncak kebudayaan daerah seperti disampaikan Ki Hajar Dewantara," ucapnya.
Sigit juga mengatkan pada malam tersebut adalah malam buat istifar dimalam sekiluran ramadan, dan menurutnya jogja harus diteguhkan menjadi daerah istimewa.
"Kenyataan hari ini dan hari-hari sebelumnya jogja tidak lagi istimewa, banyak klitih, banyak kejahatan dan malioboro adalah salah satu jalan yang luar biasa karena malioboro adalah sumbu filosofis untuk rakyat dan tidak ada banyak larangan, adem dan ayem serta banyak seniman dan sastrawan banyak yang lahir di Malioboro," ujarnya.
Mantan Kepala Dinas Pariwisata DIJ Tazbir Abdulah juga mengatakan jika Malioboro adalah kalawasa wisata yang berbasis budaya yang luar biasa dan sangat diidam-idamkan para wisatawan.
"Malam ini kita sepakat bahwa malioboro adalah representasi dari seluruh kalangan masyarakat bahwa malioboro adalah tempat yang ramah dan damai, maka kita harus menjaga malioboro," tutunya
Sementara itu dari tiga perwakilan Angklung Malioboro yaitu Yanti dari Angklung Rajawali, Isticlal dari Angklung Calungfang, dan Sekti Setyadi dari Angklung Carehal mereka juga menyampaikan bahwa dengan adanya pergerakan lampah ratri tersebut mereka berharap supaya mereka dapat lagi tampil dan mengais rezeki di Malioboro lagi.
"Dengan doa-doa yang telah diutarakan semoga apa yang kita cita-citakan supaya budaya Indonesia bisa eksis di Malioboro lagi," tungkas mereka.